Kedai Nusantara, Jln. Wahid Hasim No.77 Nogolaten, Yogyakarta terlihat ramai. Puluhan motor dan beberapa mobil sudah terparkir rapi di halaman. Jumat (25/2) sekitar pukul 19.48 WIB diselenggarakan diskusi dan peluncuran buku âMembunuh Indonesia; Konspirasi Global Penghancuran Kretek.â Suasana temaram langsung menyergap begitu kami memasuki kedai. Ruang utama kedai dipenuhi pengunjung, kursi yang disediakan terisi penuh, bahkan  di tempat duduk lesehan pengunjung harus berdesakan. Di atas panggung berlatarbackdrop merah, Letto tampil secara akustik. Perpaduan suara merdu vokalis dan alat musik mengalun lembut, membuat pengunjung ikut bernyanyi. Lagu âSampai Nanti, Sampai Matiâ menjadi pembuka acara yang diselenggarakan oleh Komunitas Kretek Koordinator Wilayah Yogyakarta tersebut.
Pembawa acara memperkenalkan Drs.OctoLampito,M.Pd sebagai moderator. Ketiga pembicarapun dipanggil. Abisham DM, MohamadShobary, dan Prof.Dr. Susetiawan naik keatas panggung. Tak mau ketinggalan, Noe, vokalis band Letto diajak turut serta untuk menyampaikan gerundelan budayanya.
Mengawali diskusi, Abisham DM memberikan penjelasan tentang beberapa konspirasi yang dilakukan Amerika Serikat terhadap produk Indonesia yang diproyeksikan mampu menguasai pasar dunia. Ia membeberkan fakta-fakta tentang produk tersebut. Mulai dari minyak kelapa yang terpuruk di tahun 1960-an. Saat itu terjadi kampanye besar-besaran mengenai bahaya minyak kelapa, khusunya yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Melalui institusi yang ia sebut sebagai ârezim kesehatanâ, isu-isu penyakit akibat minyak kelapa digulirkan. Kolestrol dan jantung menjadi penyakit yang paling sering disebut. Hal itu ternyata dilatarbelakang industri minyak kedelai milik Amerika Serikat yang ingin menguasai pasar. Demikian juga dengan garam Indonesia yang dikatakan tidak beryodium karena diproses secara tradisional. Pola-pola serupa juga diterapkan pada industri gula, jamu, bahkan nasi. Ia menyinggung aksi sehari tanpa nasi sebagai kampanye agar masyarakat beralih ke gandum dan kentang. Dengan begitu, kita âdipaksaâ mengimpor dua komoditas tersebut. âLahan Indonesia tidak cukup untuk menanam gandum dan kentang,â imbuhnya. Strategi serupa, menurutnya, juga akan dilakukan untuk menghancurkan industri kretekIndonesia. âBuku ini bukan untuk membela rokok, buku ini tentang bagaimana kita ditipu-tipu,â ungkapnya.
Konspirasi tersebut ditunggangi segitiga pihak yang berkepentingan, yakni lembaga internasional, perusahaan multinasional, dan negara maju. Â Dalam isu bahaya kretek ini, yang diuntungkan adalah perusahaan rokok dan farmasi milik asing. Abisham juga menceritakan sepak terjang perusahaan rokok asing untuk menguasai seluruh pasar dunia. Dengan mengakumulasi keuntungan negara-negara di seluruh dunia, serta menghancurkan industri rokok nasional negara berkembang, termasuk Indonesia.
Sudut padang berbeda digunakanMohamadShobaridalam melihat kretek. Sebagai seorang budayawan, ia memaknai kretek sebagai sebuah identitasIndonesia. âKretek merupakan campuran tembakau dan rempah Indonesia yang tidak dimiliki negara lain,â tuturnya. Menurutnya, cengkeh yang menjadi bahan kretek begitu berharga. Selain itu, Ia juga menceritakan bagaimana kondisi BangsaIndonesiayang dipengaruhi asing saat ini. Banyak campur tangan asing yang membayangi rumah tangga Indonesia, bahkan dalam pembuatan regulasinya. âUndang-Undang saja dibentuk atas lobi asing,â ungkapnya.
Prof.Dr.Susetiawan yang mendapat kesempatan sebagai pembicara ketiga mengawali pembicaraan dengan kisah tentang tetangganya, seorang petani berusia sekitar 80 tahun. Tetangganya ini masih segar bugar dan mampu bertani meski seorang perokok berat, sehingga ia menyangsikan hasil diagnosa ârezim kesehatanâ selama ini tentang bahaya rokok. Susetiawan melanjutkannya dengan pemikiran yang menarik. Menurutnya, merokok bukan hanya untuk melawan ârezim kesehatanâ. Ia menyatakan bahwa dirinya seorang perokok ideologis. âJangan semata berfikir tentang kesehatan, tetapi juga berfikir tentang kawan, teman kita yang terabaikan, ribuan petani Tembakau.â
Noe menyampaikan gerundelan budayanya setelah ketiga pembicara selesai. Ia menyampaikan keprihatinan atas kondisi bangsa Indonesia saat ini. âJika anda belum putus asa, maka anda belum benar-benar memikirkan Indonesia,â ungkapnya. Ia juga menyampaikan, bahwa sebagai generasi muda, haruslah peduli akan kondisi bangsa saat ini. Tidak hanya itu, Noe mengajak pengunjung untuk merefleksikan kondisi bangsa. Dalam kesempatan tersebut, ia juga memimpin doa untuk Indonesia dengan membaca Al-Fatihah sebagai representasi optimisme yang ingin ditularkan kepada pengunjung.
Diskusi dilanjutkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta. Beberapa peserta nampak antusias dalam menyampaikan pendapatnya. Guyonan-guyonan yang merakyat menjadikan diskusi ini begitu hangat, bahkan pengunjung tertawa lepas ketika Shobari memparodikan gaya berbicaraGusDur dalam menjawab pertanyaan.
Sebelum menutup acara, pembawa acara bercerita tentang pengalamannya dengan seorang perokok. Ia kecewa dengan perokok yang tidak bisa menempatkan diri. Sebagai seorang perokok, hendaklah tepo sliro, saling menghargai, pada ligkungan sekitar. Ia berpesan pada pengunjung yang perokok agar bisa peduli dengan lingkungan sekitarnya. Sebab, tidak semua orang toleran terhadap asap rokok.
MuhammadFikri, salah seorang pengunjung mengungkapkan kesannya atas diskusi tersebut. âTema yang diajukan benar-benar membuka konspirasi global yang tidak saya sadari,â ungkap mahasiswa Universitas Islam Indoesia (UII) ini. Salah satu pesan moral yang ia dapat yakni seorang perokok haruslah tahu diri. âSaya setuju dengan yang terakhir tadi, jadilah perokok yang beretika,â tambahnya.
Letto tampil kembali dengan membawakan empat lagu. âSebelumCahayaâ menjadi penutup manis acara diskusi, satu persatu pengunjung keluar meninggalkan ruangan. Beberapa terlihat sibuk berfoto bersama band asal Yogyakarta tersebut.
[Mukhammad Faisol A.]