Kamis, (29/3), Unit Kegiatan Mahasiswa Gama Cendekia bekerjasama dengan Bakti Nusa UGM menggelar talkshow bertajuk “Pemimpin Muda Belajar Merawat Indonesia” di Gedung Pusat Budaya Koesnadi Hardjasoemantri. Acara ini merupakan bentuk respon atas kondisi Indonesia yang kian karut-marut di berbagai bidang.Talkshow ini bertujuan mendorong mahasiswa untuk melakukan aksi positif dan turut menangani berbagai permasalahan negeri. “Meskipun bukan pakar di berbagai bidang, kita sebagai mahasiswa harus terus belajar untuk merawat Indonesia,” ujar ketua acara, Achmad Fahmi Basyaiban.
Talkshow yang dimeriahkan oleh penampilan vocal group dari anak-anak jalanan yang tergabung dalam Rumah Singgah Diponegoro ini menghadirkan pemimpin-pemimpin Indonesia sebagai pembicara. Mereka adalah Dahlan Iskan, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia dan Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., Rektor Terpilih UGM periode 2012-2017.
Dahlan, pembicara pertama, menjabarkan berbagai program kerjanya dalam menangani urusan-urusan BUMN. Ia menekankan bahwa bidang pertanian dan peternakan menyumbang jumlah produksi pangan terbesar di Indonesia. Hal ini menunjukkan pentingnya sektor pertanian dan peternakan. Kendati kenyataannya, tahun lalu Indonesia masih mengimpor hingga 1,8 juta ton beras dan 350.000 ekor sapi. “Di sinilah kita harus meningkatkan jumlah produksi pangan dari sektor pertanian dan peternakan demi kesejahteraan masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Berbeda dari Dahlan yang menyoroti masalah pangan, Pratikno lebih fokus pada masalah pendidikan sesuai bidangnya. Pratikno memaparkan kembali visi dan misinya dalam menyelenggarakan pendidikan di UGM setelah resmi dilantik menjadi Rektor UGM nanti. Salah satu harapannya agar UGM mampu menjadi refleksi bagi Indonesia hingga kemudian Indonesia bisa menjadi refleksi bagi dunia. Ia juga menganggap pentingnya mendengar aspirasi dan suara masyarakat bagi seorang pemimpin. “Pemimpin harus mendengar, supaya didengar,” tegasnya.
Sementara itu, dua pembicara lainnya, Muhammad Thoriq Helmi, perwakilan Dompet Dhuafa, dan Hanta Yuda AR, Direktur Indonesia Institut, juga hadir dalam acara ini. Keduanya merupakan pengganti dari dua pembicara lainnya yang berhalangan hadir, yaitu Fadel Muhammad, Gubernur Berprestasi, dan Arifin Purwakananta, perwakilan Dompet Dhuafa.
Dalam pemaparannya, Thoriq menekankan besarnya peran aktivis mahasiswa dalam pembangunan bangsa. Untuk itu, mereka juga patut mendapatkan apresiasi dan penghargaan. Sementara itu, Hanta Yuda menyuarakan pemikirannya mengenai kriteria-kriteria pemimpin yang ideal. Menurutnya, Indonesia sangat membutuhkan pemimpin yang berintegritas tinggi.
Pada mulanya, selain talkshow, panitia juga berencana mengadakan acara Temu Nasional Bakti Nusa 2012 antar aktivis mahasiswa Bakti Nusa dan Focus Group Discussion (FGD). FGD dengan tema “Dari Bulaksumur Belajar Merawat Indonesia” ini rencananya digelar di berbagai pusat studi, antara lain Pusat Studi Anti Korupsi, Pusat Studi Energi, Pusat Studi Pesedaan dan Kawasan, Pusat Studi Ekonomi, Pusat Studi Transportasi dan Logistik, serta Pusat Studi Pancasila. Namun, kedua acara tersebut terpaksa dibatalkan karena para aktivis mahasiswa yang berasal dari UGM, Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Universitas Negeri Sebelas Maret, dan Universitas Sriwijaya, berhalangan hadir. “Para aktivis yang tergabung dalam Bakti Nusa dari berbagai universitas sedang dibutuhkan oleh kampus masing-masing terkait kondisi Indonesia sekarang,” tambah Achmad.
Acara yang diikuti oleh 500 peserta ini terbukti mampu menarik perhatian banyak orang, khususnya mahasiswa. Verry Octa, mahasiswa Jurusan Pembangunan Wilayah UGM, mengaku hampir tidak bisa mengikuti talkshow ini karena jumlah pendaftar sudah mencapai kuota. “Untungnya, ada teman yang tiba-tiba berhalangan datang, jadi saya pakai jatahnya,” kata Verry. Dari segi konten acara, Heryanti, mahasiswi Manajemen Kebijakan Publik Fisipol UGM menyatakan puas setelah menghadiri kegiatan ini. “Talkshow dan pembicaranya menarik. Saya belajar banyak dari para pembicara untuk menjadi mahasiswa yang mampu membangun Indonesia,” ungkapnya.[Rahadyana Muslichah, Nurin Fatima Zahra A, Muhammad Ramdani]