Meskipun badai matahari sudah beberapa kali terjadi mengikuti siklus 11 tahunan, namun kenyataanya tidak sampai terjadi kiamat.
Judul : Badai Matahari Mengancam Bumi
Penulis : Saraswati
Penerbit : Narasi
Tanggal penerbitan : November 2010
Halaman : 120
Ukuran : 14,5 x 20,8 cm
Tebal : 0,7 cm
Badai matahari seringkali dikaitkan dengan isu kiamat pada tanggal 21 Desember 2012. Isu badai matahari ini sudah sangat populer, apalagi sudah menjadi tema di suatu film. Berbagai penganut sekte apokaliptis (kiamat) pun mempercayai bahwa tanggal tersebut merupakan hari kiamat. Kepercayaan itu didasarkan oleh penghitungan kalender Suku Maya yang berhenti pada hitungan 21 Desember 2012.
Bangsa Suku Maya yang diperkirakan hidup antara 250-830 Masehi memiliki ramalan yang disebut The return of Quetzacoatl. Ramalan itu menggambarkan bahwa suatu hari akan terjadi kerusakan hebat di bumi akibat penyelarasan galaksi. Penyelarasan galaksi ditandai ketika bumi, matahari, dan pusat bimasakti berada dalam posisi segaris. Menurut ramalan itu, penyelarasan galaksi terjadi pada tanggal 21 Desember 2012.
Menurut New Scientist, sebuah website Inggris, badai matahari adalah siklus kegiatan peledakan dahsyat dari masa puncak kegiatan bintik matahari (sunspot). Sunspot tampak gelap di fotosfer (bagian permukaan matahari yang tampak) karena mempunyai temperatur lebih rendah daripada sekelilingnya. Para ahli percaya bahwa sunspot dibangkitkan oleh medan magnetik yang sangat besar yang berasal dari lapisan tachocline di dalam matahari. Medan magnetik itu terbentuk akibat aliran ion dan elektron. Medan magnet pada sunspotmenghalangi transfer energi secara konveksi dari bagian dalam matahari. Karena kuatnya medan magnet, badai matahari akan berhembus dari daerah sunspot tersebut. Semakin banyaksunspot di matahari, semakin besar pula potensi terjadinya badai matahari.
Badai matahari terjadi saat munculnya flare dan CME. Flare adalah ledakan besar di sekitar bintik matahari yang dayanya setara dengan 66 juta kali ledakan bom atom Hiroshima. CME(Coronal Mass Ejection) adalah lontaran materi yang terjadi di korona. CME dapat menyemburkan materi korona dengan kecepatan hingga jutaan mil per jam.
Saat puncak aktivitas matahari, partikel berenergi tinggi bermuatan proton dan elektron dilontarkan melalui sunspot. Frekuensi lontaran partikel itu bisa meningkat sehingga terjadi badai matahari. Berdasarkan perhitungan para ahli, partikel tersebut bisa memasuki bumi sekitar 4-5 hari dari waktu kejadian. Partikel itu tidak dapat memasuki permukaan bumi dengan mudah. Bumi memiliki lapisan magnetosfer berlapis-lapis, sehingga partikel itu hanya dapat masuk melalui celah kecil di kutub utara dan kutub selatan. Jika partikel itu masuk ke bumi, maka akan terionisasi di atmosfer dan membentuk tirai cahaya raksasa berwarna-warni yang biasa disebut aurora.
Siklus matahari dapat ditentukan dengan jangka waktu sekitar 11 tahun. Siklus pertama terjadi pada rentang waktu 1755-1766. Tahun 2000 lalu, aktivitas matahari berada pada puncak siklus ke-23 yang ditandai dengan munculnya badai matahari. Puncak siklus matahari ke-24 diprediksi akan terjadi pada tahun 2012-2013 dan berpotensi terjadi badai matahari.
Tingkat aktivitas matahari dapat diketahui melalui parameter bernama bilangan sunspot(sunspot number). Pada 2008-2009, jumlah sunspot tidak mengalami kenaikan yang berarti dan menunjukkan angka nol setiap harinya. Dengan tidak adanya aktivitas sunspot, berarti aktivitas matahari relatif tenang. Dengan kondisi seperti itu, diprediksi akan terjadi maunder minimum atau zaman es kecil. Maunder minimum adalah istilah yang menunjukkan kondisi rendahnya aktivitas matahari. Meskipun demikian, sebagian ada yang berpendapat bahwa siklus matahari hanya terlambat mulai, tanpa adanya kejadian maunder minimum. Masih ada peluang aktivitas matahari memasuki puncaknya sehingga berpotensi terjadi badai matahari. Peluang munculnya badai matahari akan terjadi pada rentang tahun 2013 atau 2014. Bisa juga perkiraan itu mundur pada tahun 2011 atau 2012.
Secara historis, badai matahari sebelumnya tidak pernah menimbulkan bahaya secara langsung kepada manusia. Namun demikian, badai matahari dapat mengganggu kinerja peralatan elektronik. Jaringan listrik mengalami gangguan karena banyaknya partikel bermuatan proton dan elektron yang masuk ke atmosfer bumi.
Selain itu, badai matahari dapat mengakibatkan perubahan suhu bumi. Aktivitas matahari berhubungan dengan kondisi cuaca dan iklim di bumi. Emisi gelombang pendek saat badai matahari mampu mempengaruhi tingkat pemanasan pada atmosfer bumi dalam waktu yang relatif singkat. Akibatnya, kenaikan tekanan paras muka laut dari daerah ekuator ke arah kutub bertambah besar.
Antisipasi badai matahari bisa ditangani oleh semua pihak, baik secara global, nasional, hingga individu. Di tingkat global, observatorium antariksa seperti SOHO (Solar and Heliospheric Observatory) dan GOES (Geostationary Operational Environment Satellite) telah diluncurkan. Pesawat SOHO ditempatkan pada titik Lagrange 1, yaitu titik paling stabil di antara bumi-matahari sejauh 1,5 juta kilometer dari bumi. Pesawat ini dapat memberikan informasi lebih dini dan akurat sebelum badai matahari terjadi.
Di tingkat nasional, LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) membangun Pusat Sistem Pemantau Cuaca Antariksa Terpadu di pusat Pemanfaatan Sains Antariksa LAPAN, Bandung. Obyek yang dipantau yaitu lapisan ionosfer, geomagnetik, dan gelombang radio. Sistem yang beroperasi penuh pada Januari 2009 ini sebagai langkah antisipasi badai matahari. LAPAN akan menghubungi pihak-pihak yang mungkin terkena dampak dari badai matahari. Pihak-pihak yang dimaksud yaitu TNI, Dephankam, Dephub, PLN, Depkominfo, dan Pemda.
Sebagai langkah antisipasi dari individu, dapat dilakukan langkah seperti mempersiapkan uang tunai (cash) karena ATM mungkin tidak bisa digunakan. Langkah lainnya, dengan membatasi bepergian melalui jalur udara dan laut. Jika tiba-tiba keberangkatan pesawat atau kapal ditunda karena navigasi terganggu, tidak perlu repot mencari cara untuk bepergian. Selain itu, bisa dengan mempersiapkan penerangan alternatif, menyimpan persediaan air, dan membatasi penggunaan barang-barang elektronik selama badai matahari berlangsung.
Buku ini cukup memberi gambaran mengenai badai matahari yang dicemaskan beberapa orang sebagai tanda munculnya bencana besar. Gambaran itu tidak hanya dijelaskan berdasarkan ramalan yang belum tentu terjadi, tetapi juga dijelaskan secara historis dan ilmiah. Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan tips mengantisipasi badai matahari yang sekiranya diperlukan masyarakat jika badai matahari terjadi. [Beniardi Nurdiansyah]