Judul : Konseling dan Psikoterapi
Pengarang : Stephen Palmer (Ed.)
Penerbit : Pustaka Pelajar
Tebal buku : 664 + cover
Cetakan : 1, 2011
Tuhan memberikan dua telinga karena Dia lebih senang jika kita sanggup meluangkan waktu untuk mendengar yang lain.
Tuntutan hidup semakin berat dari waktu ke waktu menempatkan manusia seperti robot yang harus terus bekerja selama 24 jam. Kini, tekanan hidup yang semakin lebih berat membuat banyak orang kehilangan kemampuan untuk mendengarkan yang lain. Di kala kejenuhan mendera sebenarnya ada satu obat mujarab yang sering dilupakan oleh sebagian orang. Hal itu ialah saling mendengarkan.
Saling mendengarkan merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Namun tidak semua masalah dapat hilang begitu saja dengan saling mendengarkan. Ada kalanya butuh lebih dari sekadar mendengarkan tapi juga berbincang untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Konsep konseling dan psikoterapi adalah solusi dari hal ini.
Konseling dan psikoterapi adalah istilah yang lebih dikenal sebagai bagian dari ilmu psikologi. Namun kemampuan konseling maupun psikoterapi tidak selamanya hanya menjadi milik para psikolog semata. Penjelasan materi secara sederhana dalam buku ini membuat konseling dan psikoterapi dapat menjadi milik siapapun yang berminat mempelajarinya. Dalam bukuKonseling dan Psikoterapi karya Stephen Palmer ini dijelaskan berbagai macam teknik konseling dan terapi. Teknik yang dijelaskan mengacu pada perspektif humanistik, perspektif kognitif, perspektif psikodinamika, dan perspektif lainnya yang baru berkembang akhir-akhir ini.
Bagi orang awam mungkin istilah-istilah ini dapat menimbulkan kebingungan.Akan tetapi gaya pemaparan penulis cukup mudah dicerna sehingga kebingungan itu akan segera sirna. Alhasil, kebingungan pun berubah menjadi rasa ingin tahu setelah membaca halaman demi halaman karya Palmer ini.
Pada paparan awal, diberikan pengertian beberapa istilah penting dan sedikit sejarah mengenai bentuk koseling-terapi dari setiap perspektif. Pengarang sendiri memberikan pijakan yang cukup kuat bagi pembaca untuk membedakan istilah konseling dan psikoterapi. Pasalnya, penerapan konseling cenderung bergerak dengan tujuan jangka pendek, sementara psikoterapi jangka panjang.
Hal ini juga dapat dilihat dari lamanya waktu konseling yang hanya berlangsung. Alokasi waktu konseling relatif singkat, hanya sekitar 1 atau 2 kali dalam seminggu. Berbeda dengan psikoterapi yang prosesnya dapat berlangsung hingga waktu bertahun-tahun.Tidak hanya itu, psikoterapi berorientasi pada perubahan diri klien secara radikal.
Bentuk konseling paling banyak digunakan adalah adaptasi dari teori Carl Rogers yang menekankan pendekatan berpusat pada klien. Sementara psikoterapi lebih dikenal sebagai produk Sigmund Freud. Kenapa Freud? Karena psikoterapi lebih melibatkan proses bawah sadar seseorang dalam proses pendekatannya, sedangkan konseling tidak.
Diluar Carl Rogers dan Sigmund Freud, masih banyak lagi ahli lain yang mempunyai metode tersendiri dalam menerapkan konseling dan psikoterapi. Hal ini terjadi karena masing-masing ahli memiliki definisi berbeda mengenai proses-proses yang terjadi pada diri manusia. Sebagai contoh, aliran kognitif mempertimbangkan proses mental manusia sebagai penyebab terjadinya perubahan perilaku. Kemudian, pandangan psikodinamik lebih menekankan adanya alam bawah sadar dan pengaruh masa lalu terhadap pembentukan perilaku manusia. Sementara itu, perspektif humanistik menyorot pentingnya keyakinan diri manusia itu pada hal-hal yang akan terjadi dan sedang terjadi saat ini.
Perbedaan pandangan ini kemudian memberikan sudut pandang berbeda bagi beberapa ahli dalam menyusun langkah-langkah konseling dan terapi yang menurut mereka paling tepat. Namun sekali lagi hal ini tidak akan membuat pembaca keingungan karena teknik-teknik yang berbeda ini akan dibahas secara jelas pada setiap babnya. Buku ini terdiri dari 25 bab, setiap bab membahas teknik konseling dan terapi dengan sudut pandang berbeda. Hal yang dibahas dimulai dari pengertian singkat dan macam gangguan psikologis menurut tokoh bersangkutan dan diakhiri dengan topik menarik yang dapat menambah pemahaman konsep tersebut.
Salah satu bentuk konseling dan psikoterapi yang menarik datang dari konsep Alfred Adler. Konsep konseling dan psikoterapi dari Adler berasumsi dasar bahwa manusia lahir dalam keadaan inferior. Untuk bertahan hidup manusia harus berusaha bangkit dari inferioritas tersebut dan mencapai superioritas. Contohnya ketika masih bayi, manusia adalah makhluk lemah yang tak mampu melakukan kegiatan tanpa bantuan orang lain disekitarnya. Walaupun demikian seiring berjalannya waktu manusia mulai belajar untuk melakukan aktivitasnya dengan seminimal mungkin bantuan dari orang lain.
Bentuk gangguan psikologis yang terjadi pada manusia menurut Adler dapat terjadi akibat pola asuh orangtua yang salah dan lingkungan yang tidak mendukung pendewasaan diri. Seseorang yang terlalu dimanjakan oleh kedua orangtuanya akan sangat mungkin berkembang menjadi sosok yang tidak mampu mengahadapi kenyataan hidup yang keras. Pola asuh seperti itu juga memungkinkan terjadinya skema berpikir yang salah sehingga menganggap semua hal yang diinginkan dapat dengan mudah tercapai. Selain itu individu tersebut akan cenderung menginginkan peran atau status yang lebih tinggi di masyarakat. Meski demikian ia akan cepat kecewa pula ketika masyarakat ternyata menganggapnya sebagai sosok yang tidak istimewa dan memiliki kedudukan sama dengan anggota masyarakat yang lain.
Terapi yang ditawarkan oleh Adler terkait fungsi kognitif dimana individu dapat memilih bentuk kepribadiannya sehingga individu juga mampu memodifikasi kepribadiannya, dengan kata lain seorang manusia mempunyai kekuatan untuk berubah. Terapi Adler ini terdiri dari 4 fase yaitu menjalin hubungan, mengumpulkan informasi untuk memahami klien, member wawasan, dan mendorong reorientasi.
Buku setebal 652 halaman ini juga menyajikan petikan kasus dan proses konseling sebagai contoh aplikasi nyata konsep yang ditawarkan. Kasus menarik masih dalam ranah Adlerian, muncul dari seorang gadis bernama Marry yang selalu merasa rendah diri dan berpikir negatif. Dari hasil konseling diketahui bahwa Marry mempunyai masa lalu yang kurang baik. Alhasil Marry berkembang menjadi pribadi yang kurang berani mengambil keputusan dan selalu takut berbuat kesalahan. Cukup sulit untuk mengembalikan kepercayaan diri Marry. Namun dalam beberapa kali pertemuan akhirnya Marry dapat berubah menjadi lebih baik dan berani.
Selain konsep Adler dengan kisah Marry ini, masih banyak kajian masalah psikologis dari kacamata berbagai perspektif lain yang tidak kalah menarik. Metode konseling dan psikoterapi yang ditawarkan pun mudah dipahami oleh pembaca asalkan ada keinginan untuk melatih kesabaran serta pendengaran lebih baik lagi. Namun walaupun begitu buku ini tetap memiliki kekurangan, dengan ketebalan yang mencapai 652 halaman buku ini sepintas terlihat menakutkan dan menjemukan. Tapi dengan konten yang menarik dan mudah dipahami maka buku ini dapat menjadi piihan bagi Anda yang sedang belajar mendengarkan dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. [Errina]