Beberapa hari terakhir, Satuan Keamanan dan Ketertiban Kampus (SKKK) terus mendapat tudingan miring dan kritik pedas dari pelbagai pihak. SKKK dinilai tidak bertanggung jawab dan abai pada persoalan keamanan di lingkungan UGM. Apalagi pasca insiden hilangnya motor di parkiran Kampus FMIPA Utara UGM pada Senin (23/5) silam. Nurhadi, Kepala SKKK UGM akhirnya mengeluarkan pernyataan terkait kasus tersebut. “SKKK pusat mengakui kasus hilangnya motor di FMIPA memang murni karena keteledoran petugas yang berjaga di FMIPA saat itu,” tuturnya. Namun, secara tegas ia menolak jika seluruh kesalahan lantas dilimpahkan kepada Unit SKKK pusat.
Nurhadi pun menjelaskan tentang sistem pembagian kerja SKKK di tiap-tiap kluster. “SKKK pusat hanya mengirimkan satu orang koordinator untuk tiap kluster,” terangnya. Menurutnya, secara administratif, petugas SKKK FMIPA memiliki tanggung jawab terkait sistem keamanan di fakutas tersebut. Ia juga mengakui kualitas petugas SKKK dari kluster Sains dan Teknologi memang kurang baik. “Petugas SKKK di kluster ini cenderung kurang disiplin,” ujarnya.
Perihal kasus kehilangan motor itu, Nurhadi mengakui kelalaian petugas SKKK FMIPA. “Mereka memang tengah lengah,” ujarnya. Selain itu, pihak SKKK FMIPA juga mengatakan, mereka susah membedakan mana yang mahasiswa, mana yang bukan. Hal ini disebabkan letak parkiran dekat sekali dengan selasar FMIPA yang biasa digunakan sebagai tempat berkumpul. Pada saat kejadian, Pardia, petugas SKKK, merupakan satu-satunya orang yang menjaga portal keluar. Sedangkan Sumarjiono, rekannya, absen lantaran menghadiri acara hajatan pernikahan. “Sumarjiono meninggalkan tugas lantaran ikut jagong manten, tanpa izin dan koordinasi terlebih dahulu,” terangnya.
Berangkat dari peristiwa kehilangan tersebut, pihak SKKK FMIPA UGM pun mulai memperketat keamanan kendaraan dengan menunjukkan STNK saat keluar dari area FMIPA. Sembari menunggu perbaikan sistem, FMIPA memang diimbau oleh SKKK pusat untuk memberlakukan sistem penjagaan dua lapis. “Hal ini sekaligus untuk antisipasi KIK palsu yang belakangan banyak ditemukan,” tambahnya.
Ketika ditanya soal tanggung jawab, pihak SKKK fakultas maupun rektorat tak ingin mengganti tiga motor yang hilang kemarin. “Memang tak ada klausul untuk mengganti karena fakultas maupun universitas bukan tempat parkir,” ujarnya. Pihak SKKK hanya akan memberikan “uang simpatik” dengan jumlah yang belum ditentukan. “Mengenai sumber pendanaan uang simpatik dan waktu pemberian uang tersebut, kami belum menentukan secara pasti,” tambahnya.
Hal ini sangat disayangkan oleh para korban kehilangan motor. Mereka sangat berharap UGM bisa lebih bijak menanggapi kasus ini. Menurut penuturan Hernawan, salah satu korban, SKKK fakultas maupun pusat masih saling lempar tanggung jawab. “Padahal saya berharap simpati seratus persen dari fakultas atau universitas untuk mengganti kerugian, itu baru adil,” tegasnya. Ke depan, ia belum tahu akan melanjutkan dengan banding atau tidak. Menurutnya, pengakuan bersalah dari SKKK saja belum cukup. Harus ada langkah konkret dari fakultas maupun pusat. “Saya sudah kehilangan kepercayaan pada sistem keamanan di UGM,” pungkasnya. [Ayu]