Keinginan UGM untuk mengembangkan aspek non akademik mahasiswa dirasa akan sulit tercapai. Pasalnya perhatian rektorat terhadap Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) masih kurang. Terutama masalah pendanaan kegiatan mahasiswa. Hal tersebut terlihat dengan minimnya kucuran dana terhadap UKM, salah satunya Teater Gadjah Mada (TGM). Terbukti TGM hanya menerima sekitar 20% dana dari proposal yang diajukan untuk mengikuti festival teater mahasiswa nasional di Palembang 15-23 Maret kemarin.
Firdaus Tegar, salah satu pencari dana TGM, menjelaskan, TGM hanya menerima Rp.5.600.000,- dari Rp.30.000.000,- jumlah dana yang diajukan. “Dana tersebut tentu tak mampu mencukupi biaya akomodasi,” keluhnya. Ia menambahkan, TGM kesulitan untuk membeli tiket keberangkatan 13 orang rombongannya. Kesulitan tersebut belum termasuk dana akomodasi di Palembang dan tiket pulang. “Kami bahkan sempat berpikir untuk tidak pulang karena dananya mepet,” ungkap mahasiswa Sastra Indonesia tersebut.
Sebagai salah satu UKM yang mewakili UGM dalam festival teater mahasiswa nasional tersebut, TGM masih berharap besar terhadap dukungan dana dari rektorat. “Pada awalnya, harapan terbesar kami bertumpu pada rektorat, tetapi tanggapan rektorat kurang memuaskan,” jelas Firdaus. Akhirnya, TGM mencari alternatif sumber lain untuk mencukupi dana akomodasi dengan mengadakan beberapa acara pengumpulan dana. Salah satunya pentas seni. Selain itu, TGM juga mencoba menghubungi beberapa alumni untuk mencari dana tambahan. Hasil yang didapat ternyata masih sangat kurang untuk keberangkatan ke Palembang. “Berbagai macam upaya telah kami lakukan, namun masih saja belum mencukupi biaya yang kami butuhkan,” tuturnya.
Melihat kondisi tersebut, TGM kembali mencoba meminta dana kepada rektorat. Hal ini dikarenakan TGM mengikuti acara itu dengan membawa nama besar UGM. Harapan mereka UGM memberikan tambahan dana. Namun, permohonan dana tersebut ditanggapi dingin oleh UGM. “Kalau tidak jadi berangkat saja bagaimana? Mereka sempat bilang seperti itu,” tutur Firdaus. Menurut keterangan Adi Rahmadi, pemimpin rombongan TGM ke Palembang, minimnya kucuran dana dari rektorat tersebut dikarenakan memang berkurangnya kuota dana rektorat untuk kegiatan kemahasiswaan. “Sepengetahuan saya, anggaran kemahasiswaan untuk tahun ini mengalami penurunan,” terangnya.
Selain mengalami kesulitan pencarian dana, TGM juga dihadapkan pada masalah terlalu dekatnya waktu pencairan. “Dana baru bisa cair seminggu sebelum kegiatan berlangsung,” kata mahasiswa Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan tersebut. Panjangnya birokrasi yang harus dilewati menjadi indikasi lambatnya pencairan dana. Hal itu menyebabkan TGM tidak mampu melakukan persiapan secara maksimal.
Di lain hal, Adi menegaskan, sempat terjadi salah paham tentang keikutsertaan TGM dalam acara tersebut. “Kita disangka masih berada dalam tahap seleksi awal padahal ke Palembang itu sudah tahap final,” ujarnya. Pihak TGM sendiri mencoba menjelaskan hal tersebut kepada Drs. Haryanto, M.Si., selaku Direktur Kemahasiswaan UGM. Beliau akhirnya mau mencarikan dana berupa beasiswa untuk keberangkatan TGM .
Meskipun pada awalnya sempat ditawarkan untuk tidak jadi berangkat dan sulitnya dukungan dana dari rektorat, TGM tetap berusaha memberikan yang terbaik. Alhasil, TGM mampu meraih prestasi membanggakan. Terbukti TGM menjadi juara umum dalam festival teater mahasiswa nasional tersebut dengan menyabet sembilan dari sepuluh kategori yang diperebutkan. “Syukur, walaupun sempat kesulitan pada awalnya, kami mampu menjadi juara umum sekaligus peringkat pertama dalam festival teater mahasiswa nasional,” ujar Adi.[Luthfi]