Pagi itu (16/5) cukup cerah tetapi kantin Fakultas Teknik UGM masih basah. Akibat hujan semalam, muncul genangan-genangan air. Air juga menetes-netes di beberapa meja dan kursi.
Rifa Yuniar, mahasiswa jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota UGM angkatan 2010, menuturkan pengalamannya di kantin Fakultas Teknik UGM. “Wah, sangat kurang nyaman. Beberapa tempat duduk terkena tetesan air hujan. Saat ada angin, air hujan mengarah masuk ke dalam. Air pun menggenangi lantai,” keluhnya.
Weni, salah seorang penjual, pun mengeluh, “Kalau hujan, masya Allah bocornya.” Wanita berjilbab itu mengaku pernah melayangkan komplain ke kantor pusat Fakultas Teknik UGM. Namun, hingga kini, ia tidak mengetahui tanggapan dari para petinggi.
Ditemui di kantornya, Harto Gunarto, S.T., Wakil Ketua Pengelola Kantin Teknik, menjelaskan perihal perbaikan kantin. Dinding kantin teknik telah dicat berulang kali, tetapi setiap terkena hujan, lumut muncul kembali. “Masa harus setiap bulan mengecat?” ujarnya. Menurut Harto, renovasi diagendakan pada libur puasa. “Namun, itu baru rencana. Kita masih mengumpulkan dana dari hasil keuntungan kantin teknik,” jelas Harto, yang juga menjabat sebagai Kepala Kantor Administrasi Fakultas.
Sesuai penjelasan Harto, Kantin Fakultas Teknik UGM dibangun dengan Dana Masyarakat, yaitu dari mahasiswa. Sedangkan untuk perbaikannya, pengelola tidak ingin meminta uang lagi dari fakultas. “Dana yang diutamakan memang dari hasil kantin,” ujar Harto. Pengelola kantin ibarat diberi modal gedung lantas dicicil setiap bulan. Dana cicilan tersebut didapat dari hasil bersih kantin. “Hampir 50 juta rupiah,” ungkap Harto tentang laba bersih kantin Fakultas Teknik UGM setiap tahun. “Setelah dua tahun, terkumpul 100 juta rupiah, tapi apakah akan dihabiskan semua untuk merombak kantin?” ujarnya.
Jasa konsultan luar akan digunakan untuk renovasi kantin Fakultas Teknik UGM. Hal ini untuk menghindari kendala ikatan kekeluargaan yang terjadi sebelumnya. Harto mengungkapkan, sebelumnya, arsiteknya hanya diikat secara kekeluargaan, bukannya dengan kontrak kerja. “Lha wong kita membayarnya saja tidak banyak, kok mau menuntut, itu kan tidak pas,” pungkas Harto. [Siska]