Sabtu (23/4) pukul 08.00 WIB, UGM kehilangan salah satu sosok pentingnya. Drs. Djoko Pitoyo, dosen Filsafat UGM, meninggal akibat kanker dan komplikasi di RSUP dr. Sardjito pada usia 52 tahun.
Selama hidupnya, Dr. Djoko Pitoyo dikenal sebagai pemikir filosofis. Beliau adalah orator yang vokal dalam mendukung program pemerataan mahasiswa nusantara demi munculnya proses inkulturisasi. Menurutnya, hal tersebut merupakan bentuk penghayatan universitas kerakyatan. Konsekuensinya, UGM harus menerima mahasiswa dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. “Setelah itu, mereka harus kembali ke daerah untuk menyampaikan ilmunya,” tutur Prof. Dr. Munakhir Mudjosemedi, rekan Djoko Pitoyo di Senat Akademik UGM, kepada Balairung.
Selain itu, Munakhir menceritakan, almarhum berperan penting dalam merumuskan statuta UGM sebagai kampus kerakyatan. Statuta tersebut tertuang dalam visi, tujuan, dan cara mendidik mahasiswa yang tidak melupakan sisi kerakyatan meski menghadapi tuntutan global. “Pada zamannya, beliau menggagas statuta universitas yang harus membumi,” lanjut Direktur Rumah Sakit Gigi Prof. Soedomo itu.
Pendapat senada disampaikan Dr. M. Mukhtasar Samsudin, M.Hum. Ia mengagumi sosok Dr. Djoko Pitoyo dalam mengawal nilai-nilai kerakyatan pada penyelenggaraan pendidikan di UGM. “Selama aktif di senat kemahasiswaan, almarhum juga membantu merumuskan nilai-nilai ke-UGM-an, khususnya pancasila dan keilmuan,” ucap Dekan Fakultas Filsafat tersebut.
Sejak 2008, Drs. Djoko Pitoyo menjabat sebagai Wakil Anggota Senat Akademik (non guru besar) UGM. Di lingkungan fakultas, almarhum juga dikenal sebagai sosok yang tidak ambisius terhadap jabatan. “Jadi, almarhum lebih berkonsentrasi dalam mendidik mahasiswa supaya lebih kritis,” tambah Muhtasar.
Selain itu, dalam rapat dosen fakultas, almarhum seringkali memunculkan ide-ide konstruktif. Ia juga aktif menolak model pemilihan rektor-dekan yang menurutnya kurang representatif. “Biasanya, hanya melibatkan segelintir orang. Beliau mengusulkan supaya digelar pemilihan terbuka,” imbuh Mukhtasar.
Selama mengajar di Fakultas Filsafat UGM, Djoko Pitoyo juga dikenal sebagai sosok yang disiplin. Sebagaimana diakui Abdillah Muhammad Marzuki, mahasiswa Filsafat 2007. Pak Djokpit, panggolan akrabnya, terkesan killer, “Tapi beliau mewariskan semangat perubahan pada mahasiswanya,” ujarnya. [Anwar Kh, Michelia]
2 komentar
Ttg pak djokpit,disiplin,jujur, tegas,jd kesan killer.sejak kuliah di IKIP sy kenal baik beliau mendidik org hrs suka membaca,perhatian kasih cinta mesra humoris,milik nya segalanya.
Betul banget, Pak Djoko Pitoyo, hebat, sy sangat dekat dan kenal dia sejak th 1977.pintar,humoris,prinsip tegas, berani mengatakan benar dan jujur,beliau juga yg menjadikan sy hebat dan kuat.