Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi (JIK) selayaknya memiliki perspektif yang luas dalam memahami media dan politik.Berangkat dari kesadaran ini, Program Pascasarjana JIK UGM mengadakan seminar internasional yang bertajuk “International Seminar on Media and Politics.” Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni, Wakil Kepala Dekan II Fisipol UGM mengatakan, “Saya sangat yakin bahwa seminar ini sangat penting untuk memperkaya perspektif Anda dalam memahami media dan politik.”
Seminar yang diadakan pada Rabu (23/3) di Ruang Seminar Timur Pascasarjana Fisipol UGM terbagi atas dua sesi. Sesi pertama diawali dengan presentasi dari Prof. Kenichi Asano seputar “The Case of Dispatching Japanese Self Defence Force to Iraq.” Ia mengisahkan pengalamannya selama menjadi jurnalis termasuk saat menjabat Kepala Biro Kantor Berita Jepang sejak 1989-1992. Asano mengkritisi kondisi media, khususnya pers di Jepang. “Sebenarnya beberapa media di Jepang yang tergabung dalam “Kisha Clubs” sangat melanggar etika jurnalisme. Kisha clubs sendiri merupakan gabungan dari organisasi pers di Jepang yang digunakan oleh korporasi media yang besar untuk mengatur monopoli pelaporan berita,” tegasnya.
Selanjutnya, I Gusti Ngurah Putra, dosen JIK UGM, menyampaikan presentasi dengan judul “Media and Political Control: A Review.” “Kontrol negara terhadap media adalah sebuah fenomena yang umum dijumpai,” tukasnya. Ngurah memaparkan tentang berbagai mekanisme yang dilakukan pemerintah untuk mengontrol media, baik secara legal maupun non-legal.
Kuskridho Ambardi Ph.D tampil sebagai pembicara ketiga. Ia memaparkan presentasi yang berjudul “Are We Getting Smarter?” Dosen di JIK UGM ini mengajak audiens untuk mencermati kualitas informasi kampanye pada Pilpres 2009 lalu. Sebagai contoh,, jargon “Kami adalah pasangan nusantara” yang diusung oleh pasangan JK-Wiranto. Mengingat JK berasal dari etnis Bugis, sedangkan Wiranto adalah orang Jawa, sedangkan pasangan lain hanya berasal dari etnis Jawa. Jika dikaji ulang, hal ini bisa membangkitkan sentimen primordial yang sejatinya menodai semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
“Media and Politics in Current Indonesia” menjadi tema pada sesi kedua. Lukas S. Ispandriarno, Ph. D. dari Universitas Atmajaya mengangkat “Freedom of Press: From Authoritarian Past to Democratic Indonesia” sebagai judul presentasinya. Sementara Dr. Phil Hernin  tampil sebagai pembicara terakhir dengan presentasi berjudul “Regulating Media for Democratic Purposes.”
Seminar yang dihadiri 75 peserta dari kalangan mahasiswa dan dosen dari berbagai Universitas di Yogyakarta ini cukup mendapatkan tanggapan positif. Rofiq Anwar, Mahasiswa S2 JIK UGM, sebagai peserta seminar, menuturkan bahwa acara ini cukup bagus karena ia bisa mendapatkan beberapa perspektif yang berbeda tentang media dan politik. Namun ia juga mengakui beberapa kekurangan yang masih dijumpai dalam acara ini, “Selain kendala bahasa, ketiadaan paper sebagai panduan materi bagi peserta saat presentasi berlangsung juga disayangkan,” tukasnya.
[Ayu, Ibnu]