Halaman kantin Gelanggang Mahasiswa siang itu (22/3) terasa lengang. Tak ada lagi motor yang berderet-deret dari gerbang hingga halaman kantin. Hanya ada satu vespa dan motor bebek yang tampak sudah lama tidak digunakan pemiliknya.
Robohnya tembok pembatas antara halaman kantin dan Gelanggang Mahasiswa makin membuat lengang suasana. Selain itu, kini ada blok fondasi tembok di pintu masuk Gelanggang Mahasiswa  sayap barat. Cor semen dan rangka besi pun sudah didirikan. Tingginya belum seberapa, tapi sudah menghalangi motor untuk memasuki area halaman kantin.
Tentu saja hal tersebut ditolak mahasiswa pegiat gelanggang. Penolakan mewujud dalam pemasangan spanduk yang bertuliskan, â Tolak Penutupan Akses Gelanggang.â Selain itu, penyitaan material pembangunan tembok juga dilakukan. Setumpuk batu bata dan beberapa sak semen disita oleh seluruh Unit Kegiatan Mahasiawa (UKM) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM). Material dialihtempatkan ke dalam ruang Forum Komunikasi UKM (FORKOM).
Berdasarkan penuturan Atina Handayani, ketua FORKOM, sebenarnya aksi penolakan yang ingin dilakukan adalah menghancurkan blok fondasi. Namun, setelah dipertimbangkan lebih lanjut, sebisa mungkin jalan kekerasan dihindari.
Sementara itu, jalur negosiasi juga ditempuh. Selasa pagi (22/3), UKM yang diwakili FORKOM dan BEM KM melakukan negosiasi ke Direktorat Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset (DPPA). Di dalam ruang sidang DPPA, Atina Handayani (FORKOM), Luthfi Hamzah (BEM KM) dan beberapa teman ditemui oleh Dr. Ing. Singgih Hawibowo (Direktur DPPA), Drs. Haryanto, MSi (Direktur Dirmawa), dan Wahyu  Sujarwo, S. IP (Manager Gelanggang Mahasiswa UGM).
Dalam negosiasi tersebut, Wahyu menyatakan alasan penutupan pintu barat Gelanggang karena parkir yang tak rapi, pun semrawut. Maka, parkir harus dialihkan ke area parkir bagian timur Gelanggang. Lebih lanjut, Haryanto menambahkan, tindakan mahasiswa yang parkir secara liar itu tidak sehat. Melihat peta serta rencana pengembangan Gelanggang, halaman kantin tidak semestinya diperuntukan sebagai lahan parkir.
Namun, diwakili Atina, 43 UKM menyatakan penolakan penutupan pintu barat. Lebih lanjut ia menambahkan alasan penolakannya. Pertama, parkir barat atau di halaman kantin lebih aman daripada di parkir timur. Kedua, ada pungutan liar bila parkir dikawasan Foodcourt. Ketiga, hanya tinggal Gelanggang Mahasiswa kawasan yang terbuka di UGM bagi masyarakat umum.
Alasan lainnya, pegiat gelanggang merasa tidak dilibatkan dalam pembuatan kebijakan penutupan pintu masuk tersebut. âSaya baru diberitahu akan adanya penutupan pintu masuk barat ini Sabtu malam (19/3). Itu pun baru secara lisan oleh Manajer Gelanggang. Senin pagi, program ini sudah dijalankan. Terang saja, kami kaget, âprotes Atina.
Senada dengan Atina, beberapa pegiat gelanggang lainnya juga mengungkapkan ketidaksetujuannya. Erlina Rakhmawati dari Teater Gadjah Mada mengungkapkan tindakan penutupan pintu barat Gelanggang semakin memersempit gerak mahasiswa. âJangan-jangan, kedepan, jam malam akan diberlakukan,â keluhnya. Heribertus S. Nugraha, Pegiat Mahasiswa Pecinta Alam Gadjah Mada manambahkan, âKalau pintu barat ditutup, aksesnya ribet, kanjadi harus pake KIK.â Gelanggang Mahasiswa seperti mulai mengekor UGM, gemar menutup diri. [Aip]