Aksi penolakan Kartu Identitas Kendaraan (KIK) kembali terjadi pada Rabu (30/3). Kali ini, perwakilan BEM KM dan BEM Fakultas se-UGM menggalang massa di Bunderan UGM. Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam aksi, berjalan dari bunderan menuju kantor pusat UGM. Massa meneriakkan tuntutan tolak KIK sepanjang perjalanan.
Sesampainya di rektorat, massa meminta pemangku kebijakan kampus menandatangani draf tuntutan, yaitu: pemaksimalan fungsi Satuan Keamanan dan Ketertiban Kampus (SKKK) demi terwujudnya keamanan kampus, pengadaan transportasi publik, dan akuntabilitas aliran dana KIK. “Selama dua bulan, aspirasi kita diacuhkan,” protes Isdhama selaku Menko Eksternal BEM KM saat berorasi.
Sekitar pukul sebelas siang, massa mulai merangsek masuk ke dalam kantor pusat. Kericuhan terjadi di tangga dalam lantaran demonstran memaksa naik ke lantai dua, menuju ruang rektor. SKKK yang jumlahnya tidak sebanding dengan mahasiswa, tak mampu menahan laju massa. Demonstran akhirnya berhasil naik. Namun, SKKK kembali menghalang-halangi. Di tengah kericuhan ini, kelompok demonstran terbagi menjadi dua, sebagian berada di lantai dua, sisanya di bawah.
Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., beserta Dr. Ing. Singgih Hawibowo selaku Direktur Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset UGM akhirnya muncul untuk berdialog dengan mahasiswa. Perembukan berjalan alot. Alih-alih membahas KIK, Sudjarwadi mengungkapkan perannya sebagai ayah yang dititipi amanah oleh orang tua mahasiswa untuk mendidik. Hujan interupsi mengalir deras dari mahasiswa karena rektor dianggap terlalu menyetir dialog keluar dari substansi tuntutan massa.
Di tengah dialog, mahasiswa mengajukan draf hasil kajian mengenai KIK. Berdasarkan kajian tersebut, mahasiswa meminta kebijakan KIK dicabut karena merugikan banyak pihak. Namun, rektor enggan menerima draf tersebut. “Jika suatu kajian diminta konsekuensinya secara langsung, maka itu bukan tradisi ilmiah. Itu cara yang tidak bertanggung jawab,” kilah Sudjarwadi. Massa pun bergemuruh mendengar jawaban rektor. Sayangnya, dialog terhenti ketika adzan Dhuhur berkumandang.
Seusai shalat Dzuhur, perundingan dilangsungkan kembali di ruang rektor. Sebelum menemui rektor, perwakilan BEM KM dan BEM Fakultas se-UGM diterima oleh Singgih Hawibowo dan Drs. Haryanto, M.Si, selaku Direktur Kemahasiswaan UGM. Pembicaraan berlangsung seputar aspirasi mahasiswa dan pembuatan kebijakan kampus.
Ketika akhirnya perwakilan demonstran berhasil menemui rektor, mereka bernegosiasi seputar peninjauan ulang kebijakan KIK. “Kami ingin pihak rektorat mau meninjau ulang kebijakan KIK dengan melibatkan mahasiswa,” tegas Luthfi Hamzah Hussein selaku Presiden BEM KM UGM. Rektor sendiri kurang setuju dengan kata peninjauan ulang. Menurutnya, perbaikan lah yang seharusnya dilakukan.
Setelah diskusi panjang yang alot, akhirnya dicapai kata sepakat dengan diberikannya ruang bagi wakil mahasiswa dalam penentuan perbaikan kebijakan kampus. Implementasi riilnya, BEM KM mengirimkan tiga perwakilan untuk pembentukan grup perbaikan kebijakan mengenai KIK yang disahkan oleh Direktorat Kemahasiswaan UGM.
Pada akhir dialog, mahasiswa kembali mengajukan draf tuntutan mengenai KIK. Sudjarwadi bersikeras menolak menandatangani draf yang diajukan. “Maaf, saya tidak bisa menyanggupi pembuatan nota kerja sama karena saya mempunyai kewajiban mendidik anda,” Sudjarwadi beralasan. [Luthfi]
1 komentar
[…] Demonstrasi KIK Berujung di Ruang Rektor […]