Sabtu (26/2) lalu, Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri UGM dipenuhi pengunjung. “Concert for Harmony”, sebuah acara yang dihelat oleh Center for Religious and Cross-cultural Studies menjadi alasan di baliknya. Adhitia Sofyan, sang primadona acara, berhasil menjadi magnet dalam acara pamungkas kegiatan “World Interfaith Harmony” ini. Tiket yang disediakan panitia pun laris diburu, sebagaimana tertulis di akun Twitter @harmonyUGM (26/2), “Maaf banget ya buat yang enggak dapat tiket, karena panitia hanya menyediakan 1000 tiket.”
Acara yang bertujuan menyampaikan pesan perdamaian dan semangat dialog antar umat beragama ini, memakai musik sebagai perantara. Selain Adhitia Sofyan, lima pemusik lain dipatok “Concert for Harmony” sebagai pengisi acara. Pesta musik dibuka dengan penampilan DIYN yang membawakan lagunya Angan dan lagu dari The Script secara medley. Berikutnya, secara berurutan, tampil Blacklist Hip Hop, Sastromoeni, The Cadenzza, juga Risky Summerbee & the Honeythief. Diselingi dengan lelucon-lelucon segar yang dilontarkan duo MC, Hahan dan Blangkon. Penampilan Risky Summerbee & the Honeythief sendiri cukup istimewa karena berkolaborasi dengan Lani “Frau”.
Seusai aksi Risky Summerbee & the Honeythief, penampil yang ditunggu-tunggu pun hadir. Diiringi dengan gemuruh tepukan, Adhitia Sofyan muncul menenteng gitarnya. Seolah tampil menegaskan selorohannya di Twitter (14/2), “Melihat Bruno Mars menggeret-geret piano di video klip Grenade, makanya main akustik gitar saja mas, gampang mbawanya.” Muncul dari balik tirai Adhitia Sofyan berhenti sejenak lantas menyapa, “Bagi yang ingin bergoyang, maaf saya mengecewakan Anda. Dalam satu jam ke depan saya akan menyanyikan lagu galau.”
Kala wejangan telah usai disampaikan, giliran gitarnya yang berdeting. Memilihmu menjadi nomor pertama yang dibawakan pemusik yang melabeli dirinya “musisi kamar” ini. BerikutnyaIn To You, Blue Sky Collapse, Adelaide Sky, Tik-tik Bunyi Hujan, After The Rain, Number One,Cublak-cublak Suweng, dan Gaze—menyusul secara estafet. Setiap nomor memiliki prolog sendiri yang disampaikan Adhitia Sofyan, yang membuat lagunya tampil bagai cerita.
Kekecewaan terpancar setelah Gaze berhenti dilantunkan dan Adhitia Sofyan undur diri, menolak menambah setlist. Namun, rasa kecewa hanya bertahan sesaat, kala ia muncul kembali dan menyanyikan dua lagu tambahan: Deadly Storm Lightning Thunder dan Forget Jakarta.
Forget Jakarta sendiri menjadi nomor penutup yang anthemic. Kekhawatiran akan lagu yang disebut terakhir pun, yang ia tulis di akun @adhitiasofyan (26/2), tak terbukti, “Suka dengan lagu Forget Jakarta, I like singing it, tapi lagunya panjang, 6 menit, seringkali kalo dibawakanlive orang-orang suka ngobrol sendiri-sendiri”. Karena yang terjadi justru sebaliknya, para penonton merangsek maju ke panggung dan ikut menyanyikan Forget Jakarta bersama-sama. Acara ditutup dengan ulah iseng Adhitia Sofyan—untuk kedua kalinya—yang bersembunyi lalu muncul kembali, untuk berfoto bersama. [Ape]