“Mas, ada sarung?” tanya seorang lelaki paruh baya kepada petugas pendataan logistik, di lapangan basket Gelanggang Mahasiswa UGM. Tak tahan dengan dingin sehabis hujan, sore itu, Jumat (5/11), ia meminta kain penutup tubuh kepada tim relawan Gelanggang Emergency Response (GER) UGM. Selang sebentar, dengan sigap seorang mahasiswa anggota relawan GER mengambilkan beberapa lembar sarung dari gudang logistik pakaian. Ia lantas membagikannya kepada puluhan warga pengungsi yang menempati ruang sidang I dan II gelanggang.
Hingga pukul 18.05, pengungsi di Gelanggang Mahasiswa tercatat berjumlah 334 orang. Mereka terdiri atas 21 balita, 36 anak-anak, 188 dewasa, dan 89 lansia. Sebagian dari mereka adalah para pengungsi yang dialihkan dari pengungsian di Harjobinangun, Pakem, Sleman. Mereka mulai menempati gelanggang mahasiswa sejak dinihari tadi, tak lama setelah terjadi peningkatan aktivitas Merapi. Dari pengamatan penulis, pada pukul 00.53–01.30 terjadi hujan pasir hingga mencapai kawasan kampus UGM.
Menurut petugas informasi dan pendataan pengungsi GER UGM, Dwi Wiji, awalnya para pengungsi di gelanggang mahasiswa berjumlah sekitar 700 orang. Namun, sebagian dipindahkan ke gedung Pusat Kebudayaan Hardja Sumantri (eks Purna Budaya). “Sejak jam 2 siang sebagian dipindahkan ke Purna Budaya,” katanya, ketika ditemui di pos pendataan pengungsi di sebelah timur gelanggang mahasiswa. Di gelanggang, pengungsi dibagi pada tiga barak, yaitu ruang sidang I dan sekretariat gabungan Unit Kesenian Jawa Gaya Surakarta dan Swagayugama untuk dewasa dan anak-anak, sedangkan kaum lansia di ruang sidang II. Sementara itu, ruang sidang III telah disiapkan oleh tim GER sebagai tempat istirahat tambahan bagi pengungsi. Hingga pukul 19.00, ruang ini belum digunakan.
Sejak pagi hingga malam hari ini, bermacam bantuan masih mengalir ke pos GER UGM di gelanggang. Dari pantauan penulis yang turut membantu di bagian logistik, beberapa penyumbang mencakup kelompok mahasiswa dari fakultas-fakultas di UGM, alumni UGM, sejumlah badan usaha, dan biarawati. Bantuan itu dialokasikan bagi pengungsi yang tertampung di gelanggang. Selain itu, pihak GER UGM juga berusaha menyalurkan bantuan ke posko pengungsian di daerah lain yang membutuhkan, antara lain ke Muntilan, Klaten, dan barak lain di sekitar Yogyakarta. Jenis bantuan yang sangat mendesak dibutuhkan oleh pengungsi antara lain, alas tidur, kasur, sarung, selimut, perlengkapan mandi, obat-obatan (obat sakit perut, kepala, batuk, dan vitamin), serta mobil toilet. Selain makanan, minuman, dan perlengkapannya, kebutuhan yang juga penting yaitu pakaian dalam, pakaian layak pakai, dan tali tambang untuk jemuran.
Bagi masyarakat yang ingin membantu meringankan derita saudara-saudari kita yang tertimpa musibah bencana Merapi, dapat menyalurkannya ke pos GER UGM, di gelanggang mahasiswa atau Pusat Kebudayaan Hardja Sumantri. Posko dibuka 24 jam. Mari berempati dan bergerak! [Rony]