Memasuki minggu ketiga perkembangan erupsi Gunung Merapi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kini berfokus pada tahap tanggap darurat. Hal ini dicapai dengan berusaha menyelamatkan nyawa sebanyak-banyaknya dari ancaman letusan Merapi. Staf Khusus Presiden Bidang Informasi dan Komunikasi, Heru Lelono, menjelaskan hal ini dalam dialog di Media Center Tanggap Darurat Bencana Merapi, Yogyakarta, Jumat (12/11).
“Saat ini adalah tahap tanggap darurat, sedangkan tahap rekonstruksi dan rehabilitasi akan dilaksanakan setelah tahap tanggap darurat selesai dan status Awas Gunung Merapi diturunkan, serta ancaman dari terjadinya letusan Gunung Merapi sudah tidak ada lagi,” ungkap Heru. Ia meyakinkan bahwa pemerintah telah mempersiapkan pelaksanaan proses rekonstruksi dan rehabilitasi pascaletusan Merapi. Upaya ini dilakukan setelah diperoleh data lengkap mengenai daerah terdampak.
Heru memaparkan, ancaman letusan Merapi saat ini bukan hanya lontaran batu pijar, pasir panas, awan panas, dan abu vulkanik, tapi juga gelombang lahar dingin. Beberapa aliran sungai yang ada di lereng Merapi misalnya, telah dilalui lahar dingin. Karena itu, ia mengimbau kepada masyarakat yang masih berada dalam radius 20 km dari puncak Merapi untuk segera pergi menjauh. Warga diminta tinggal dalam wilayah yang aman sesuai rekomendasi Kepala Badan Vulkanologi dan Geologi, Dr. Surono, yaitu di luar radius 20 km dari puncak Merapi.
Sementara itu, merespons pesan singkat yang banyak beredar dan meresahkan masyarakat, Heru menyambut baik langkah Kementerian Kominfo membangun layanan “SMS Broadcast”. Di samping itu, melalui peningkatan peralatan informasi dan komunikasi di posko-posko pengungsi di Provinsi DIY dan Jawa Tengah, masyarakat dan pengungsi dapat memperoleh informasi yang benar dan akurat secara mudah. Kendati begitu, ia berharap kepolisian menindak pihak-pihak yang telah menimbulkan keresahan masyarakat. “Diperlukan ketegasan polisi untuk mengusut dan menindaknya secara hukum,” katanya. [Rony]