Tatapan Alan tak beranjak dari gambar bergerak yang dilihatnya. Sambil mengunyah makanan ringan berlapis cokelat, ia dan teman-temannya terlihat serius menonton film yang diproyeksikan ke dinding. Bocah yang turut menempati pos pengungsian di Gelanggang Mahasiswa UGM ini tak ingin kelewatan menonton film yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Kemarin malam, Minggu (7/11), ada pemandangan berbeda di hall Teater Gadjah Mada. Sejak pukul 20.00, tempat yang biasa digunakan untuk salat bagi para pengungsi itu diisi pemutaran film Laskar Pelangi. Tak hanya menyihir jutaan penonton di seluruh Indonesia, film besutan Riri Riza ini turut pula menarik perhatian sejumlah pengungsi korban letusan Merapi. Selain anak-anak, tampak pula seorang ibu yang ikut menonton sambil menimang bayinya.
Kegiatan nonton film bareng itu diprakarsai oleh kelompok mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UGM. Seorang penggagas acara ini, Yustan, mengatakan, ide ini muncul saat mereka berencana memberi bantuan bagi pengungsi di gelanggang. “Pas ngumpul bareng buatngasih bantuan, kita mikir, apa ya yang bisa kita beri selain materi?” ungkap mahasiswa Ilmu Komunikasi UGM 2007 ini. Setelah berkonsultasi dengan relawan pendamping pengungsi di Gelanggang Emergency Response (GER) UGM, akhirnya mereka bersepakat mengadakan nonton film bareng. “Ini juga menjadi salah satu cara trauma healing buat anak-anak,” imbuh Yustan.
Acara nonton bareng ini direspons baik oleh pengungsi. Musidi, salah satu orang tua, mengatakan, kegiatan seperti ini bermanfaat bagi seorang putranya yang tengah duduk di bangku kelas 4 Sekolah Dasar. “Bagus. Filmnya menjurus ke pelajaran, supaya bisa memotivasi anak saya untuk rajin belajar,” tutur warga Pakembinangun ini. Musidi mengakui, meski jago bermain sepak bola dan tenis meja, anaknya kurang teratur dalam belajar. “Kalau pas lagimood aja bisa rajin belajarnya.”
Selain nonton bareng, kemarin siang juga digelar kegiatan bermain bersama bagi anak-anak yang difasilitasi sebuah sekolah menengah kejuruan di Yogyakarta. Anak-anak korban pengungsi Merapi pun diperkenalkan dengan pembelajaran bahasa Inggris oleh tim relawan GER. Hingga kemarin, kegiatan-kegiatan semacam ini belum dijadwalkan secara rutin. Selain kebutuhan pokok, berbagai aktivitas positif sangat dibutuhkan oleh para pengungsi. Kerelaan berbagi dari berbagai pihak masih dinanti tim relawan GER UGM guna mendukung proses pemulihan pengungsi. [Rony]