Tato. Sepintas ketika kita mendengar kata itu, bayangan kita tertuju pada para penjahat, komunitas pengguna narkoba, penjara, dan hal-hal lain yang identik dengan sifat negatif dan kriminalitas. Namun, perkembangan pesat tato agaknya telah menggeser stigma tersebut menjadi tren mode di kalangan anak muda, misalnya dalam pembentukan identitas ataupun seni mengekspresikan diri di tengah masyarakat. Bahkan, karena makin bertambahnya penggemar tato, maka berdirilah studio-studio tato baru di kota-kota besar di Indonesia sehingga terjadi pro dan kontra di tengah masyarakat tentang tato dan keidentikannya terhadap penggemarnya. Lantas, siapa Mas Berto? Penato? Salah satu nama penikmat tato? Mungkin saja, tetapi dalam kasus iniMas Berto adalah sebutan untuk komunitas bertato, berasal dari singkatan dari masyarakat bertato yang berkembang dari komunitas tato yang kian banyak penggemarnya.
Hal inilah yang menggugah Margiantono Widhi Nugroho, Mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2001, mengkaji bahasa yang digunakan oleh komunitas bertato dalam skripsinya yang berjudul Leksikon dalam Registrasi Tato yang diajukan pada April 2008. Berdasarkan segi yang dikaji, yakni bahasa, maka Margiantono memaparkan pembahasan tentang leksikon danregistrasi di bidang tato. Leksikon, berupa tataran kata dan frasa, yang ia kaji mulai dari leksikon tahap praproduksi, pelaksanaan produksi, hingga pascaproduksi. Selanjutnya adalah istilah registrasi, yang dimaksud dengan registrasi dalam penelitian ini adalah kosakata khusus atau khas dalam berbahasa yang berhubungan dengan pekerjaan ataupun kelompok sosial tertentu.
Dalam skripsi ini, peneliti menggunakan metode kualitatif berdasarkan data lisan yang berasal dari wawancara dengan orang-orang yang berkompeten di bidang tato, komunitas tato Java Tato Club dan data tulisan dari berbagai sumber tulis yang memuat info tentang tato. Dengan menggunakan teori semantik dan didukung dengan teori sosiolinguistik, Margiantoro mampua menunjukkan secara mendetail adanya leksikon dalam registrasi tato mulai dari klasifikasi leksikon dalam registrasi tato, proses pembentukan istilah register tato, hingga campur kode dalam register tato.
Peneliti memberikan daftar leksikon seperti tattooing , after care, kulit kebo, perawan, sebagian dari leksikon tersebut ada dalam kehidupan sehari-hari namun dalam komunitas tato memiliki makna lain. Pada klasifikasi leksikon dalam registrasi tato dan proses pembentukan istilah, peneliti memaparkan dengan jelas karena disertai distribusi data yang berupa leksikon ke dalam bentuk kalimat. Leksikon dari tahap produksi seperti proses pemilihan gambar dan tubuh orang yang akan ditato masing-masing memiliki daftar registrasi leksikon yang tidak sedikit jumlahnya, berupa kata-kata menarik yang hampir memiliki kemiripan dengan kata-kata dalam kehidupan sehari-hari namun memiliki makna yang berbeda. Pada tahap pelaksanaan tato juga terdapat registrasi leksikon, mulai dari persiapan produksi, personal, waktu pembuatan, alat-alat, hingga teknik yang digunakan. Tahap terakhir, tahap pascaproduksi terdapat daftar registrasi leksikon untuk efek-efek yang timbul setelah ditato dan perawatan tato.
Untuk campur kode, sebuah istilah untuk kata-kata campuran dari berbagai bahasa oleh Mas Berto, peneliti mengungkap secara gamblang alasan-alasan terjadinya campur kode. Hasil dari penelitian ini adalah terbentuknya kamus mengenai bidang tato yang dapat memerkaya pengetahuan masyarakat tentang dunia tato dari segi kebahasaannya.
Secara keseluruhan, penelitian yang dilakukan oleh Margiantono ini cukup menarik berdasar tema yang diangkat hingga teknik penyajiannya. Tema yang dipilih peneliti merupakan tema yang unik dan dari teknik penyajian yang sangat mendetail tentang leksikon yang berupa kata dan frasa, lalu oleh peneliti didistribusikan ke dalam contoh kalimat untuk mempermudah pemahaman bagi pembaca menjadi nilai tambah. Namun, kelemahan skripsi ini terletak pada tidak disertainya ilustrasi dalam bentuk gambar untuk memperjelas hal yang dimaksud peneliti sehingga pembaca akan merasa ada yang kurang apabila pengambilan tema tato tanpa ada penyertaan gambar didalamnya. [Ari]