
©afnan. bal
Tebaran karcis di sepanjang sosio humaniora tak ubahnya penebaran uang sia-sia
Kebijakan UGM mengenai pemberlakuan sistem portal di beberapa kawasan, kini membawa dampak terhadap lingkungan. Terutama di Jalan Sosio-Humaniora yang memberlakukan sistem karcis bagi setiap pengguna jalan. Tidak sedikit orang yang mendapatkan karcis kemudian langsung dibuangnya. Belum lagi para petugas karcis yang terkadang tidak membuang kertas-kertas itu ke tempat yang telah disediakan. Hal ini mengakibatkan sampah kertas bertebaran di sepanjang jalan.
Beberapa pihak berpendapat mengenai sampah-sampah kertas karcis di UGM.  Salah satunya Fauzan Maulana, mahasiswa Jurusan Psikologi 2008, “Kalau menurutku, masalah kertas karcis itu mengganggu sekali. Sudah nyampah, boros kertas, merusak motor pula,” ucapnya.  Selain itu, Fauzan juga berpendapat bahwa sebaiknya dibuat kartu khusus parkir di kawasan UGM.
Sementara itu, untuk menjalankan program karcis tersebut, UGM mengeluarkan sekitar 5 juta untuk 40 ribu karcis parkir. Padahal setiap harinya UGM memproduksi 4000 sampah karcis. Artinya dalam sepuluh hari UGM menghabiskan 5 juta untuk biaya pengeluaran karcis. Belum lagi ditambah uang sebesar Rp 375.000 yang diberikan kepada pengelola sampah.
Selama ini UGM menyetor sampah kertas karcis itu ke daerah Piyungan. Namun, hal ini tidak berlaku bagi sampah kertas yang berceceran karena tidak bisa dipungut lagi. Upaya yang bisa dilakukan hanya menyapu dan membuangnya ke tempat sampah biasa. Meskipun demikian, Jalan Sosio-Humaniora tidak akan sepi dari sampah selama ceceran kertas masih tetap menempel di sepanjang jalan tersebut.
Menurut Mustofa, SIP, M.PA, Kepala Seksi Gedung, Jalan, dan Pertamanan Dewan Pemeliharaan dan Pengelolaan Aset (DPPA), kebijakan pemberian karcis di kawasan sosio humaniora akan segera diubah. “Pada awal semester mendatang, sistem pemberian kertas akan dilakukan dengan alat bantu lain, seperti ID card atau sejenisnya,” tambah Mustofa.
Mustofa juga menambahkan, pada tahun 2010 akan diterapkan sistem kantung-kantung parkir. Sistem tersebut dilakukan dengan pemusatan tempat parkir (parking area) yang rencananya akan dibuat di Lembah UGM. Diharapkan dengan diberlakukannya sistem ini, tidak akan ada banjir kertas di Jalan Sosio-Humaniora lagi. Dan orang yang hanya sekadar numpang lewat, tidak perlu mengantri untuk mendapatkan karcis. [Vivin, Diaz]