Peringatan! Tulisan di bawah ini mengandung konten eksplisit.
Pada tanggal 5 November 2018 kami menerbitkan berita berjudul “Nalar Pincang UGM atas Kasus Perkosaan”. Ada banyak tanggapan yang kami dapatkan dari para pembaca. Salah satunya adalah perihal penjelasan mengenai kronologi yang dianggap terlalu detail. Lalu, yang kedua ialah perihal deskripsi identitas penyintas yang meski sudah disamarkan, tetapi dianggap tidak melindungi privasi. Maka dari itu, dalam tulisan editorial ini, kami merasa perlu menanggapi kedua hal ini.
Pertama, kami menjelaskan kronologi perkosaan sesuai dengan apa yang terjadi. Alasan utamanya, kami ingin menunjukkan bahwa kasus yang terjadi ini bukanlah kasus yang ringan. Jika kronologi tidak disampaikan secara deskriptif, maka pembaca akan menilai bahwa kasus ini bukanlah suatu kasus perkosaan yang berdampak serius. Misalnya, jika kami hanya menggunakan diksi yang rancu seperti “memegang tubuh bagian atas” atau “menerima kekerasan seksual”, maka pembaca tidak tahu kondisi yang sebenarnya dialami oleh penyintas. Kami khawatir, hal tersebut akan membuat usaha penyelesaian yang sebenarnya kurang tepat, justru dianggap sudah sesuai.
Menurut Wendy J. Murphy
“Istiah-istilah seperti ’aktivitas seksual’, ‘kekerasan seksual’, serta ‘pencabulan’ adalah istilah yang rancu dan tidak memberitahukan mengenai kejahatan yang sebenarnya. Hal itu membuat publik tidak akan bisa memahami apa yang terjadi, atau tidak tahu bagaimana harus menanggapi kejahatan yang sudah dilakukan dan apakah reaksi orang tua yang bertanggung jawab, aparat hukum, dll sudah tepat.”
Selain itu ada beberapa tulisan rujukan yang kami gunakan dalam proses penulisan. Salah satunya ialah “As Sandusky trial progresses, what story are the media telling about child sexual abuse?” oleh Rebecca Wommack dan Laura Nixon. Artikel tersebut menjelaskan bahwa penggunaan bahasa yang eksplisit dalam menjelaskan kasus kekerasan seksual itu lebih baik karena dapat menjelaskan secara spesifik betapa seriusnya kejahatan yang telah dilakukan. Lalu Alexis Sobel Fitts dalam “The right way to write about rape”, bahkan menyarankan untuk menggunakan deskripsi yang gamblang, misalnya “Dia memaksa untuk memasukan penisnya ke mulut perempuan itu”, alih-alih hanya sekadar “seks oral”.
Contoh lain penggunaan bahasa yang eksplisit dalam pemberitaan kasus kekerasan seksual, dapat dilihat dalam artikel yang diterbitkan Der Spiegel pada tanggal 29 September 2018, yang berjudul “Her Name is Kathryn: The Woman Who Accused Ronaldo of Rape”. Dalam berita itu, Kathryn Mayorga, seperti dikutip oleh Der Spiegel, menjelaskan bahwa “pada dasarnya ia memohon kepada saya untuk memegang penisnya selama 30 detik,” lalu, “saat saya tidak mau menyentuhnya ia memohon kepada saya untuk mengulum penisnya.” Kemudian setelah berulang kali menolak ia tetap diseret oleh Ronaldo ke ranjang. “Saya berpaling darinya. Ia mencoba melucuti pakaian dalam saya. Saya berpaling dari hadapannya dan meringkuk, dan saya memegangi vagina saya saat itulah dia menindihi saya,” kata Mayorga. Ia juga menambahkan bahwa ia berkata “tidak, tidak, tidak, tidak.”
Berdasarkan rujukan-rujukan di atas, kami menganggap bahwa kronologi yang kami tulis tepat dan memang diperlukan. Dalam menuliskan kronologi tersebut, kami juga telah berdiskusi bersama penyintas. Hal itu dilakukan untuk menimbang konsekuensi yang mungkin hadir dengan berita tersebut. Selama diskusi, kami juga diyakinkan oleh penyintas bahwa ia memahami segala konsekuensi dan risiko yang akan ditanggung setelah berita ini muncul. Faktor lain yang meyakinkan kami ialah kegigihan penyintas dalam mengadvokasi dirinya sejak awal.
Kedua, tidak hanya perihal kronologi, kami juga mendiskusikan mengenai perihal pencantuman identitas bersama penyintas. Melalui diskusi tersebut, penyintas telah menyutujui pencantuman identitas-identitas yang melekat padanya. Selain itu pencantuman lokasi KKN misalnya, digunakan agar kasus yang diberitakan jelas lokasi terjadinya.
Kami justru menyayangkan pihak Humas UGM yang menyebut inisial penyintas pada wartawan. Bagi kami, hal itu merupakan tindakan yang ceroboh dan membahayakan penyintas. Selain itu, hal tersebut tidak melalui diskusi dan persetujuan bersama penyintas. Kami juga mengecam media-media arus utama yang telah memuat inisial nama penyintas dalam beritanya. Kami mengecam kerja-kerja jurnalisme semacam ini yang tidak bertanggung jawab sama sekali. Mereka hanya mengejar kecepatan tayang berita dan mengharapkan klik sebanyak-banyaknya untuk keuntungan mereka sendiri.
BPPM Balairung UGM adalah unit kegiatan mahasiswa bidang jurnalistik di tingkat universitas. Kami adalah lembaga pers non-profit. Laman daring kami tidak memasang iklan AdSense. Berbulan-bulan kami melakukan investigasi tidak ada yang menggaji. Untuk apa kami mengejar klik? Kami bisa saja menyiarkan isu perkosaan ini jauh-jauh hari, dengan berita yang serampangan. Namun, kami melakukan banyak pertimbangan untuk menjaga integritas jurnalisme kami agar tulisan kami layak dibaca.
Saat ini, hal yang paling penting untuk disoroti adalah bagaimana institusi pendidikan seperti UGM tidak melakukan tindakan tegas terhadap kasus ini karena kecacatan pikir para pemangku dan pelaksanaan kebijakan. Kita perlu mengembalikan diskusi ini kembali ke ranah tersebut. Dengan kasus ini kita bersama-sama melihat bahwa UGM sedang tidak baik-baik saja dan persoalan ini harus terus kita kawal bersama. [Redaksi]
77 komentar
Aku bangga padamu. Indepth reporting perlu dan penting dalam kasus seperti ini.
Good job,penjelasan yg sangat baik
Semangat!!!!!:”)
Sepakat. Berkat kronologi yang dijabarkan, saya sebagai pembaca jadi paham kenapa dia layak disebut pemerkosa. Good job Balairung!
Terus maju!
Salut, Balairung!
Saya Afar, mahasiswa teknik UGM mengecam keras tulisan balairung yang telah mencantumkan inisial nama pelaku! Penyebutan pelaku dengan inisial nama telah menimbulkan dugaan2 kepada beberapa mahasiswa di fakultas teknik yg memiliki inisial serupa. Jika anda memahami bahaya beredarnya inisial nama penyintas, maka anda seharusnya juga paham dampak beredarnya inisial nama pelaku. Saya melihat balairung press sengaja menggiring pembaca untuk turut serta mencari tau dan menghakimi pelaku. Saya harap balairung press mampu bertanggung jawab atas pelanggaran privasi tersebut
Saya mengutuk keras aksi pelecehan ini. Tapi saya juga mengutuk keras tingkah balairung yg tidak adil dalam menyembunyikan inisial nama pelaku
Tulisan balas dengan tulisan, jangan berargumen serampangan yang menunjukkan sikap reaksioner. Kalo memang keberatan, sudah ada mekanisme yang bisa ditempuh. Gunakan momentum ini untuk menunjukkan kelas Anda sebagai seorang mahasiswa
Saya HS, mahasiswa teknik UGM mengecam keras tulisan balairung yang telah mencantumkan inisial nama pelaku! Penyebutan pelaku dengan inisial nama telah menimbulkan dugaan2 kepada beberapa mahasiswa di fakultas teknik yg memiliki inisial serupa. Jika anda memahami bahaya beredarnya inisial nama penyintas, maka anda seharusnya juga paham dampak beredarnya inisial nama pelaku. Saya melihat balairung press sengaja menggiring pembaca untuk turut serta mencari tau dan menghakimi pelaku. Saya harap balairung press mampu bertanggung jawab atas pelanggaran privasi tersebut
Saya mengutuk keras aksi pelecehan ini. Tapi saya juga mengutuk keras tingkah balairung yg tidak adil dalam menyembunyikan inisial nama pelaku
Ade, kalau tidak pernah berbuat, tetaplah rendah hati meski berprestasi tinggi. Bereaksi berlebihan itu tanda tak dalam. Terus semangat belajar ya. Jadi santai saja,
Terima kasih redaktor, ini menjawab tanggapan saya yang di dm instagram. Penjelasan seperti ini sangat ilmiah serta logis. Semoga kita selalu aware terhadap hal” yang terjadi di sekitar kita, termasuk kasus kekerasan seksual.
Saya tidak sependapat, tetapi saya sangat suka dengan penjelasan lugas ini. Terima kasih!
Nah terkadang suatu instansi takut tercoreng .. Tapi saya salut kepada rekan2 jurnalist ugm telah bekerja berbulan2 dan melalukan perhitungan masak2 untuk menjaga mutu dari beberapa sumber artikel yg dimuat … Sukses buat rekan2 jurnalis ugm ..
Good luck
Sungguh kinerja sangat baik dari Balairung pers. Saya sangat mendukung!
Semangaatt teruuss, menyuarakan hak yg harus dapat oleh korban!
Tanggapan yang sangat lengkap, lugas, dan tegas.
Keren.
Bangga deh sama kamu.
Pers sebagai media netral dengan cover both sidesnya tidak melemahkan kalian untuk melawan ketidakbenaran. Good job for you’re nice indepth, seriously. Aku suka dengan kalian yang tidak semu dalam stigma mengenai netralitas seorang jurnalis.
Good job. Tulisan Balairung press memang selalu senada dengan tagline-nya, ‘nafas intelektualitas mahasiswa.’ Merupakan salah satu cermin intelektualitas yang perlu diteladani.
Kami Agni! Kawal terus!
Kerja kalian bagus sekali, saya mendukung kalian 🙂
Saya bangga atas kerja jurnalisme BPPM Balairung. Tetap semanga dan selalu jaga idealisme kalian!
Oke sekarang aku mengerti
Tanggapan cerdas dan berkelas.
Saran sedikit, dari masukan bbrp teman perempuan berhati lembut (easily fainted heart hehe) ada baiknya di awal artikel serupa kemarin diberi disclaimer, semacam “konten mengandung penggambaran rinci kekerasan seksual. Baca dengan risiko pribadi masing2.”
Sudah ada.
Sepertinya sudah mbak
Keren banget! Wow kajiannya sangat mendalam. Sebenarnya dari kemaren saya geram banget sama komentar2 yang mempermasalahkan hal yang sebenarnya tidak substansial dibandingkan dengan kejadian yang ada. Padahal kan sudah jelas ada oknum yang masih saja mempermasalahkan apakah ini pemerkosaan atau bukan dan menurut saya, penggunaan bahasa yang tidak rancu untuk kronologis adalah hal yang dibutuhkan untuk membantah dugaan oknum ini. Semangat terus Balairung, semoga Agni mendapat keadilan.
Aku padamu mas/mbak bppm balairung
Maju terus Balairung ! Hiraukan kontramu
Teman-teman di Balairung Press, saya rasa artikel yang sebelumnya tidak bermasalah justru artikel tanggapan ini yang malah berbahaya.
Pihak Balairung Press sebenarnya tidak perlu menanggapi kritikan, komentar, dan keberatan dari pihak pembaca. Berbeda halnya bila yang memberikan WARNING adalah komite etik jurnalistik.
Pihak Balairung Press pasti sudah sadar artikelnya tidak melanggar kode etik jurnalisme dan sadar bahwa yang dipermasalahkan adalah norma sosial masyarakat, dimana tidak semua pembaca bisa menerima keterbukaan artikel tersebut.
Sehingga tujuan untuk mempertegas kejadian yang sebenarnya dan memperjuangkan keadilan terhadap korban dengan menabrak norma sosial yang ada, masih bisa diterima.
Lain halnya dengan artikel ini yang bertujuan untuk memberi edukasi jurnalistik, tidak diperlukan melanggar norma sosial yang ada. Untuk meminimalkan kesalahan pahaman bisa cukup ditulis judul referensi dan pembaca dipersilahkan mencari isinya.
Dan saya rasa redaksi lupa memberikan peringatan di awal artikel tentang ranting umur pembaca dan kategori artikel ini. Ingat Balairung Press terbuka untuk umum dan anak kecil pun bebas mengaksesnya.
Untuk contoh artikel sebagai pembanding artikel tindakan asusila, mohon dicari yang sama norma sosialnya dengan masyarakat kita. Artikel lokal lebih baik.
Saya yakin Balairung Press punya pembimbing jurnalistik senior mohon di konsultasikan dulu dengan jurnalis senior sebelum menerbitkan artikel kontroversial bukan meminta persetujuan tapi agar paham konsekuensinya saja
Apa pun rintangan dan kesalahan yang telah atau akan terjadi ingatlah selalu akan tujuan jurnalistik dan selalu memberi informasi yang benar berimbang dengan norma hukum dan norma sosial yang ada.
Dan yang terpenting perjuangkan keadilan…. jangan takut…
Apresiasi saya untuk artikel “ Nalar Pincang UGM atas kasus perkosaan”
Oooo iya saran saya artikel yang ini di edit dong, please, saya kurang baik untuk psikologi anak SD misal ga sengaja baca artikel ini. Artikel sebelumnya masih aman…
Salut. Pertahankan kredibilitas & integritas jurnalistik Balairung yg terkenal sejak saya kenal di dekade 90an. Yg paling penting adl penyintas memperoleh keadilan & kampus sungguh2 tdk berlaku spt birokrasi pemerintahan / parpol pd umumnya : hanya mampu menyangkal tanpa memperbaiki diri.
sepakat dengan pandangannya. memang saat ini harus banyak pemberitaan yang menjelaskan secara gamblang kejadian dalam satu artikel utuh. kebanyakan media arus utama membagi beberapa berita ke dalam artikel pendek, sehingga terkesan tidak selesai bahkan tidak mendalam. salut!
Saya sempat berburuk sangka, tapi akhirnya tulisan ini menjawab semuanya. Semangat menyuarakan kebenaran!
Mantappp sekalii temen temen balairung press. Salut, tetep semangat yaa jangan gundah… cool banget!!
Sangat SETUJU dengan penjelasan ini. Orang yang berotak mesum yang perlu dikonseling.
Mantap, maju terus Balairung! Jankador!
Maju terus! jangan takut! kami ada dibelakangmu!
Respon yang sangat baik.
Jika penyintas sudah mengizinkan, seharusnya tidak ada masalah. Ketika salah satu badan jurnalisme dan organisasi besar mengatakan “korban bisa saja tidak paham dengan dampak dari konsen yang ia berikan atas dimuatnya berita,” berarti mereka memposisikan penyintas sebagai agen pasif, bodoh, dan tidak berdaya. Hal ini aneh, mengingat mereka selalu menggaungkan pentingnya “berperspektif penyintas” – atau dengan kata lain, mengakui kapasitas agency penyintas.
Permasalahan tentang bahasa yang terlalu vulgar, atau ‘trigger warning’ dari artikel ini juga telah kawan-kawan jelaskan dengan baik.
Saya percaya bahwa kawan-kawan adalah insan muda yang cerdas, dan mampu menanggapi argumen dari pihak2 pengkritik dengan cara yang baik dan akademis. Kalian hebat, dan jangan takut dengan organisasi atau badan-badan besar yang mengatasnamakan their own version of political correctness. Kalian punya andil untuk melawan narasi tersebut.
Terakhir, semoga kita tidak melupakan penyintas. Fokus dari seluruh perdebatan ini adalah kesejahteraan dan keadilan bagi penyintas. Mari satukan tujuan dan perjuangkan hak penyintas bersama-sama. Selalu kembalikan seluruh pertanyaan pada penyintas secara langsung, alih-alih berspekulasi. Jangan-jangan tanpa sadar kita sudah melupakan penyintas dan terjebak dalam perdebatan untuk memuaskan hasrat “social justice warrior” kita.
I love this explanation! It shows that some of the commenters in the other article don’t know anything about what they are talking about. Good job at keeping them on check! ✊
Terima kasih Balairung atas kerja keras dan keberanian kalian telah membawa isu tersebut ke muka publik. Semoga berawal dari ini, kasus mengenai pelecehan seksual semakin banyak dibicarakan dan mendapatkan perhatian yang benar-benar serius. Terus semangat dan ditunggu karya-karya lainnya.
Good job balairungpress !
Ini nih yang namanya organisasi pers mahasiswa. I like this. Salam dari kru catatankakiunhas
Well done! Semua penjelasan dikemas dengan sangat baik. Maju terus, Balairung Press
saya setuju, suarakan lah kebenaran, meski terasa getir dan pahit. salam pers mahasiswa!
Well done! Be brave !
Aku daftar balairung dan menyerah di tengah jalan. Buat banyak orang, sulit untuk sanggup mengimbangi ritme kerja balairung yang super duper gigih luar biasa dalam proses melahirkan apapun yang sedang digodok. Kebetulan waktu itu sekelompok dengan penulis, dan aku kewalahan mengimbangi dia. Dear Citra, you did a good job. Apapun kelemahan dari yang sudah kamu dan tim hasilkan ini, tetap lebih baik dari yang bisa (namun tidak) dilakukan oleh orang-orang di liar sana. You did a good, great, job!
Semangat teman-teman Balairung Press.
Lanjutkan. Layak diacungi jempol seperti wartawan Boston Globe dalam liputan Spotlight yang membongkar pemerkosaan anak-anak oleh banyak pemuka gereja di Boston dan gereja tutup mata (membiarkan tindakan para pemuka agama saat tersebut bahkan tidak melakukan apa-apa). Sekarang pihak UGM jangan impoten menangani kasus ini karena semakin diam dan tutup mata maka itu adalah pembiaran. #jempoldua
Hormatku pada penyintas kekerasan seksual yang berani bersuara dan pers mahasiswa yang berdiri di sampingnya.
Kejar terus keadilan. Kebenaran harus terus disampaikan dan dikejar. Semoga pihak2 diatas yg katanya orang2 hebat,tidak mati hati dan perasaannya,sadar dan mengambil tindakan yang BENAR.
Lanjutkan. Kebenaran harus ditegakkan.
Jangan kasi kendor.
Keren. Penjelasan yang sangat mendidik dan menginspirasi. Keep doing great 🙂
Keren!
Semangat semuanya! Aku percaya deskripsi eksplisit itu perlu untuk benar2 menunjukkan pengalaman penyintas agar dipahami oleh publik sehingga hal yg sama tidak lagi dapat terjadi.
Mantap bosque… Hajar terus!!!1!!!
Terus suarakan pihak-pihak yang tak mampu bersuara!!!1!!!
Well done, balairung. Sebenarnya bila melibatkan akal sehat, tampak tulisan/pemberitaan yang telah melalui berbagai kajian dan pertimbangan yang matang. Dan kejujuran disertai etika inilah nilai tertinggi dalam profesi jurnalisme. Jadi ingat, episode “Pura-pura Penjara” Mata Najwa. Pejabat atau orang yang ikut andil bertanggungjawab pasti kelabakan, alih2 mengakui, biasanya cenderung membela diri dengan nalar pincang, “ya fasilitas itu harus ada karena itu yg dipenjara orang2 tua yg sakit2an” seolah mengesampingkan status koruptor uang rakyat, sampe rakyatnya ada yg kelaperan. Tapi kalo kasus kakek nenek petani miskin tua renta yg lagi gagal panen maling ayam buat bertahan hidup, boro2 mikirin fasilitas buat kesehatan kakek nenek itu, yg ada malah “ya memang itu konsekuensinya”. Kalo kasus Agni, bahkan ada pejabat universitas yg menganalogikan mahasiswa2nya seperti kucing dan gereh. Kalo ada hal yg mau saya klarifikasi ke balairung, adalah hei balairung, kamu udah bener itu wawancaranya? ke pejabat apa ke badut sih? Hahaha
Saya setuju dengan apa yang dilakikan oleh Balairung Press!
Aku bangga atas kerja keras tim jurnalis.
Balairungpress UGM
kami bersama balairung!
So so so proud of you guys. As a survivor myself, saya berharap apa yg kalian lakukan bisa ditiru oleh emua pers kampus agar berani juga seperti kalia..
Sudah lama saya tidak mendapati jurnalisme seperti ini. Apa yang Anda sekalian kerjakan ini adalah jurnalisme dalam pengertian yang sebenarnya. Penghargaan saya berikan tidak saja pada komitmen Anda terhadap jurnalisme tapi pada landasan moral yang kokoh yang Anda miliki. Tidak ada yang lebih pelik daripada meliput soal perkosaan dan pelecehan seksual. Bahkan media-media mainstream (dan organisasi wartawan yang dianggap progresif) tidak sepenuhnya memahami peliknya persoalan ini. Terlebih lagi, Anda menulis laporan jurnalistik ini ditengah iklim patriarki yang sangat kuat. Jauh lebih mudah menulis hal seperti ini di Amerika, misalnya. Tapi di Indonesia? Anda mendapat hormat saya! Salam.
Lanjutkan!! Hal-hal berkaitan dengan pelecehan seksual dalam bentuk apapun patut untuk ditindaklanjuti.
Segera proses hukum si pelaku, UGM mohon bertindak lebih tegas.
Beri perlindungan aman bagi korban / pelapor…
Salut, teruskan perjuangan ini.
Tetap lanjutkan menegakkan keadilan untuk penyintas. Agar ugm berani menindak tegas kasus2 kekerasan/pelecehan seksual ..
Terimakasih! lanjutkan ungkap kasus dengan detail.
Terimakasih Kawan-kawan Balairung, kalian luar biasa
Menurut saya, tidak ada yang harus ditutupi dalam sebuah kasus kejahatan.
Walaupun terikat etika penyampaian berita yang terkesan eksplisit, tapi jika dijelaskan dengan bahasa rancu menurut saya malah ada dalih ikut melindungi tersangka.
Lanjutkan Balairung!
Salam dari LPM Alamtara. Salutt
saya sebagai alumni tidak mendukung siapa antar siapa karena ini bukan persoalan siapa melaean siapa, ini adalah persoalan kasus dan berita. Saya hanya berharap kasusnya selesai dan tidak ada persoalan lanjutan internal diluar pokok masalah yang terjadi.
Jadi tidak ada pembiasan dengan dalih2 atau saling menyalahkan karena persoalan yang sebenarnya adalah diantara kedua belah pihak diantaranya dan relasi yang berdekatan.
Semangat
Tanggapan dan penjelasan yang bagus. Cerdas. Tidak reaktif. Fair. Maju terus adik-adik jurnalis Balairung, aku bangga dengan hasil kerja Anda.
Aku malu punya universitas kayak gini, lebih malu lagi punya teman” mahasiswa yg tiba” jadi ahli jurnalisme, pdahal biasanya bodo amat plus ada hal yg pebih pe ting untuk dibahas ex: apa kabar agni sekarang? Sudah ada mediasi? Tapi aku bangga ada balairung yang masih berani mengangkat hal yg perlu diangkat. Keep the spirit guys.
Ketika 5 November malam membaca artikel terkait, saya benar2 terkesan dengan kualitas tulisannya. Bisa ya anak UGM punya kualitas tulisan investigatif sekeren itu!
Salut untuk kalian, tetap fair walau yang sedang kalian hadapi adalah ‘almamater’ sendiri!
mantap Balairung! Lawan!
Lanjutkan tugas kalian….tetap idealis. Jgn kompromikan kebenaran dg apapun…salut.
Semoga Allah melindungi kalian semua. Aamin.
Apa kabar?