“Kita perjuangkan sistem pendidikan S1 maupun vokasi. Keduanya harus ditegaskan dengan baik,” terang Aldion selaku Koordinator Eksternal BEM Sekolah Vokasi (SV), Sabtu (8-03). Berdasar Rencana Induk Kampus (RIK) Universitas Gadjah Mada (UGM) 2012 yang mana akan dieksekusi tahun 2022, terdapat dua poin besar yaitu UGM selalu berupaya menjadi World Class University dan memandirikan SV. Dibuatlah beberapa kebijakan guna mendukung rencana tersebut. Di antaranya pengalihan program Diploma 3 (D3) menjadi Diploma 4 (D4), pembangunan Teaching Industry, dan peningkatan kualitas input mahasiswa baru melalui Smart Branding. Oleh karena itu, kejelasan akan rencana program tersebut harus transparan agar dapat didukung dan diawasi oleh berbagai pihak.
Sejak dicanangkannya World Class University, UGM terus melakukan inovasi. Tidak terkecuali Sekolah Vokasi yang turut berusaha meningkatkan kualitasnya. “Sekolah vokasi kuat dan menguatkan UGM,” terang Wikan selaku Dekan SV. Dengan semangat menguatkan SV, Wikan berharap SV dapat berkontribusi dalam meningkatkan rangking UGM di World Class University. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengembangkan SV dengan membuka program D4.
Rencana untuk mengubah program D3 yang ada menjadi program D4 sendiri bukanlah tanpa alasan. Terdapat beberapa alasan utama mengapa program tersebut dicanangkan. Pertama, rencana tersebut sudah menjadi kebijakan pimpinan UGM dalam Rencana Strategis (Renstra). Kedua, antisipasi di dalam RIK UGM 2012 terdapat salah satu poin yakni “Memandirikan SV ditahun 2022”. Ketiga, jika D3 dipertahankan maka SV akan memiliki 50 program studi (prodi) yang terdiri dari program D3 dan D4 sedangkan SDM dan daya dukung yang ada sangatlah terbatas. Empat, mayoritas mahasiswa lebih menginginkan program D4. Lima, pemenuhan kebutuhan industri dan penghargaan industri terhadap program D4 yang lebih besar. Enam, meningkatkan kualitas input mahasiswa baru. Tujuh, dengan bertambahnya mahasiswa D4 dan S2 terapan akan mendorong peningkatan jumlah riset, publikasi dan paten, mendorong terbentuknya double degree, twining program, bahkan IUP sehingga meningkatkan Peningkatan Bibit Unggul Kemitraan. Terakhir, jumlah total mahasiswa menjadi lebih efisien.
Proses perubahan D3 ke D4 diserahkan pada departemen masing-masing. Mulai dari persiapan fasilitas, akreditasi, dan kerja sama dengan pelaku industri. Namun dengan mekanisme seperti itu, bukan berarti pihak dekanat tidak berperan dalam program tersebut. Seperti yang dikatakan Wikan, “Semisal ada pembuatan proposal dan lainnya pasti akan kita bimbing dan berikan arahan serta workshop berkala.” Selain itu, para dosen yang masih bergelar S2 akan didorong untuk melanjutkan studi ke S3. Beberapa keraguan mengenai peluang kerja lulusan D4 pun diatasi oleh tiap jurusan dengan mengadakan kerja sama dengan beberapa industri sebelumnya. Melalui kerja sama tersebut para lulusan dari program D4 setidaknya lebih terjamin untuk mendapat peluang kerja.
Mekanisme perubahan menuju D4 ialah dengan menambah jumlah program studi secara bertahap. Pembukaan D4 Pembangunan Ekonomi Kewilayahan yang merupakan pecahan D3 Ekonomi Terapan pada 2017 lalu menjadi salah satu contohnya. “Terdapat tiga konsentrasi D3 Ekonomi Terapan yaitu perbankan, perencanaan pembangunan daerah, dan penilaian properti,” ungkap dosen Diploma Ekonomi dan Bisnis (DEB), Anisa Nurpita. DEB juga melakukan kerjasama dengan pihak luar, salah satunya dengan Bank Mandiri yang nantinya akan dibuka D4 Perbankan. Lalu pada 2019 D3 Penilaian Properti akan menjadi D4 Penilaian Properti. “Penerimaan D3 terakhir tahun 2018 dan 2019 tidak akan diterima lagi, sehingga wisuda terakhir tahun 2022,” jelas Wikan.
Namun dalam pelaksanaannya, pembukaan program D4 tidak luput dari beberapa kendala. Salah satunya adalah penyampaian informasi. Wikan menjelaskan bahwa sosialisasi mengenai perubahan D3 ke D4 sudah sering dilakukan. “Selalu diinformasikan melalui rapat dan pertemuan,” ungkap beliau. Lain halnya dengan Nisa Abdillah selaku Ketua Departemen Kajian Strategis BEM SV yang mengatakan bahwa perubahan ini belum disosialisasikan secara masif kepada mahasiswa. “Isu ini benar hanya diketahui segelintir orang, karena dari pihak SV sendiri belum ada sosialisasi secara masif apa itu D4 bagaimana mereka mencetuskan D4,” ungkapnya. Hal tersebut menimbulkan kebingungan di antara mahasiswa mengenai keberlanjutan program tersebut.
Permasalahan berikutnya mengenai jaminan akan lapangan pekerjaan. Nisa mengungkapkan, “Sebagian besar perusahaan tidak tahu D4, padahal sudah ada peraturan mengenai penyetaraan D4 dengan S1 pada UU No. 12 Tahun 2012,” tambah Ketua Ikatan Vokasi se-Indonesia, Arsyad Maulana. “Permasalahannya industri yang belum siap, karena terbiasa menerima D3,” lanjutnya. Menanggapi hal tersebut, Wikan menerangkan kemungkinan kurangnya komunikasi serta menegaskan bahwa penyuplaian tenaga kerja yang dibutuhkan ialah hal terpenting. Ia juga menekankan sangat terbuka kesempatan bagi industri di luar sana untuk memasukkan kurikulum dengan SV. “Itu masalah komunikasi saja, asal yang kita buat sesuai kebutuhan mereka, kurikulum disesuaikan, jadi materi mereka masuk kesini,” ungkap beliau.
Persiapan akan fasilitas penunjang juga dirasa sangat penting. Cerry Supra selaku dosen SV D3 Pariwisata mengungkapkan jumlah fasilitas laboratorium yang kurang memadai menjadi salah satu contohnya. “Ada yang sudah ada atau masih diupayakan dengan menggunakan laboratorium di luar, segala fasilitas sedang diupayakan secara maksimal,” ungkap Cerry. Wikan menjelaskan SV akan terus mengupayakan hal tersebut. “Kita sudah bekerjasama dengan beberapa industri untuk melakukan perawatan fasilitas dan mendapat dana hibah dari Jepang untuk teaching industry,” imbuh Wikan.
Dari segi tenaga pendidik, persiapan di setiap departemen berbeda-beda. Seperti pada D3 Kepariwisataan, Cerry mengakui jumlah dosen di program studi pariwisata sudah mencukupi. “Kalau mengenai tenaga pendidik, pariwisata sendiri sudah memenuhi, tapi tidak dengan prodi lain yang perbandingan tenaga pendidik dan mahasiswanya timpang,” ungkapnya. Berkaitan dengan itu Wikan menegaskan bahwa persiapan penambahan dosen akan dilakukan dengan mengirim dosen untuk melanjutkan S3 di luar negeri. “Tahun 2020 saya akan panen dosen dari luar negeri juga banyak dari dalam negeri hingga, jumlahnya puluhan dosen,” ungkapnya.
Memang dengan begitu terdapat banyak hal yang harus dipersiapkan untuk menunjang pembukaan program D4 ini. Upaya tersebut selaras dengan yang dikatakan Nisa, “Intinya kalau memang 2019 menjadi titik balik D3 ke D4 perlu adanya penguatan secara terus menerus dan harus diintegrasikan secara besar-besaran serta mau tidak mau dinamika yang akan terjadi pun juga secara besar-besaran.” Dengan begitu pembukaan program D4 ini diharapkan dapat benar-benar bermanfaat bagi mahasiswa dan dapat ikut berperan dalam meningkatkan kualitas UGM itu sendiri.
Penulis: Ayu Nurfaizah, Jalu Tathit, Nabila R Maulani
Editor: Rio Bagus S
Ilustrasi: Fitria Dewi Sartika