Rencana pembangunan kolam lumba-lumba di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM memicu protes. Senin (6/6), sekitar 20 orang yang tergabung dalam Animal Friends Jogja (AFJ) melakukan aksi protes di bunderan UGM. Unjuk rasa diisi dengan orasi dan juga aksi teatrikal memperagakan lumba-lumba yang dikurung. Aksi protes ini mendapat pengawalan dari tim Satuan Keamanan dan Ketertiban Kampus (SKKK) dan beberapa petugas dari kepolisian.
Angelina Pane, manajer program AFJ, mengatakan terdapat beberapa alasan mengapa mereka menolak rencana tersebut. Menurutnya, penangkaran lumba-lumba akan memberi efek buruk pada lumba-lumba. Hal ini dikarenakan lumba-lumba mempunyai gelombang sonar. “Jika diletakkan dalam kolam, gelombang sonar yang mereka punya akan memantul pada dinding kolam dan menurunkan kekebalan tubuh mereka,” ungkapnya. Selain itu, lumba-lumba merupakan mamalia laut yang terbiasa melakukan penjelajahan puluhan ribu kilometer. Apabila ditaruh dalam kolam, lumba-lumba akan mengalami kejenuhan dan stres. Oleh karena itu, menurutnya penelitian lumba-lumba sebaiknya dilakukan di habitat aslinya.
Lebih lanjut, Angelina menambahkan bahwa rencana pembangunan ini dapat mengarah pada upaya komersialisasi dan eksploitasi lumba-lumba. Indikasi ini ditemukan karena UGM bekerjasama dengan PT Wersut Seguni Indonesia (WSI). Menurutnya, PT WSI merupakan pengelola fasilitas rekreasi dan sirkus lumba-lumba. “Dikhawatirkan lumba-lumba yang niatnya dijadikan penelitian malah dieksploitasi menjadi sarana hiburan,” tambah Angelina.
Untuk menyatakan keberatan ini, Angelina menuturkan bahwa AFJ telah beberapa kali melayangkan surat kepada pihak dekanat FKH namun tak pernah ada tanggapan. Mereka pun beberapa kali menyambangi FKH untuk bertemu dengan dekan, namun selalu gagal untuk bertemu dengan pihak terkait. Dengan pertimbangan itu, aksi kemudian dilanjutkan dengan melakukan long march menuju FKH. Akhirnya setelah beberapa kali mencoba untuk menghubungi, mereka diterima oleh pihak dekanat untuk melakukan dialog.
Pihak dekanat sendiri, ketika menerima perwakilan dari pengunjuk rasa, mengatakan bahwa pembangunan kolam lumba-lumba ini baru sebatas wacana. Rencana ini masih memerlukan pengkajian dan telaah lebih dalam. “Wacana ini masih perlu dikaji. Untuk itu, kedepannya akan diadakan seminar untuk melakukan kajian lebih lanjut,” tutur drh. Bambang Sumiarto, selaku dekan FKH.
Perihal kerjasama dengan PT WSI, pihak dekanat FKH menolak berkomentar lebih lanjut. “Kalo soal MoU-nya, tanyakan langsung dengan pihak rektorat,” tutur drh. Setyo Budi selaku Wakil Dekan III bidang kemahasiswaan. Ia menuturkan lebih lanjut, FKH hanya sebatas pelaksana saja. [Reinhart, Shandy]