Lembaga Indonesia Perancis (LIP) Yogyakarta dipadati pengunjung yang hendak menyaksikan pementasan bertajuk Trésor: Le Théâtre et La Danse aux Valeurs de l’or pada Jumat (20/5). Acara ini diadakan atas inisiatif Himpunan Mahasiswa Jurusan Sastra Perancis UGM. Acara dibuka dengan pertunjukan tari modifikasi yang dilabeli fashion dance. Tarian yang disuguhkan adalah tari modern yang dikombinasi dengan pertunjukan mode.
Perhelatan yang berdurasi sekitar satu jam tersebut menyuguhkan cerita anak “Serigala dan Si Kerudung Merah” yang telah terkenal di seluruh dunia. Alur cerita dalam drama bergenre komedi ini dikombinasikan dengan cerita anak lain, yaitu “Snow White”. Namun, alur cerita yang disajikan mengalami banyak modifikasi sehingga mampu memberikan kejutan dan mengundang tawa penonton. Seperti Si Kerudung Merah yang lari dari serigala, kemudian bertemu dengan tiga babi. Gelak tawa penonton terdengar saat Si Kerudung Merah bertemu dengan Snow White yang ternyata diperankan oleh laki-laki.
Meski pementasan tersebut terlihat lucu, Sri Mona Nurhastuti, mahasiswa Ilmu Komunikasi UGM 2010, tidak dapat menikmatinya. “Saat yang lain tertawa, saya dengan bodohnya hanya diam karena tidak tahu bahasa Perancis,” ujarnya. Pendapat Mona tersebut ditanggapi Winnalia Lim, mahasiswa Sastra Perancis UGM 2010 selaku ketua panitia. “Sebagai antisipasi, masing-masing pengunjung diberi sinopsis cerita dengan bahasa Indonesia sejak awal acara. Jadi, penonton dapat mengerti garis besar cerita.” Selain itu, menurutnya, cerita yang disajikan pun sudah tidak asing lagi sehingga mudah dipahami. Saat ada adegan lucu pun, hampir seluruh studio pertunjukan tertawa. Dalam hal ini, ia sangat berterima kasih pada kerja keras para aktor.
Selain itu, Winna mejelaskan, panitia dan aktor dalam acara ini seluruhnya berasal dari jurusan Sastra Perancis UGM angkatan 2009 dan 2010. Acara ini gratis dan dibuka untuk umum, tetapi dengan kapasitas terbatas. Pengunjung yang hadir tidak hanya berasal dari UGM, melainkan siswa-siswi SMA dan beberapa universitas lain di Yogyakarta. Beberapa alumni pun turut hadir untuk menyaksikan pertunjukan. Total kursi studio yang berjumlah 180 dengan cepat dipadati oleh pengunjung.
Winna menambahkan, seluruh dana yang dikeluarkan sepenuhnya ditanggung oleh universitas. Ia berharap, acara ini dapat menjadi ajang untuk menunjukkan kreativitas bagi teman-temannya. Melalui Winna, mahasiswa Sastra Perancis UGM mengungkapkan keinginan bersama untuk mengagendakan kegiatan semacam ini tiap semester. Dengan demikian, mungkin suatu hari mereka dapat bergabung dengan klub akting di UGM seperti Teater Gadjah Mada. “Saya juga berharap acara ini mampu menjadi inagurasi bagi jurusan kami,” tandasnya. [Rara]