“Marilah kita kembali ke nilai-nilai dasar untuk membangun negeri yang kokoh sekali, negeri tercinta
Indonesia” kata Iwan Fals
Sabtu (19/02), Iwan Fals seolah menjadi sosok yang mampu mengajarkan penegakan supremasi hukum di Indonesia. Dalam lagu-lagu yang dinyanyikannya, terlontar kritik-kritik sosial, termasuk polemik mafia hukum yang melanda bangsa Indonesia dewasa ini. Tak ayal, lagu-lagunya menjadi pelepas dahaga keresahan para penonton atas ketidakjujuran hukum yang berlaku di Indonesia. Hal tersebut tentu mampu menjadi penyemangat untuk menegakkan hukum setegak-tegaknya. Bagi Iwan, menegakkan hukum diperlukan prinsip yang kuat. Ia sendiri memiliki empat prinsip yang selalu dipegangnya yakni kejujuran, prestasi, sopan santun dan kendali diri.
Totalitas penampilan Iwan tampak dalam acara Konser Musik yang dihelat di Gedung Grha Sabha Pramana itu. Konser tersebut merupakan acara amal sekaligus puncak perayaan Dies Natalis Fakultas Hukum UGM yang ke-65. Sejumlah musisi turut meramaikan acara yang bertajuk Justice For Indonesia With Love tersebut seperti Indonesia Wind Orchestra (IWO). Selain berkolaborasi dengan Iwan, 64 pemain IWO juga berkolaborasi dengan beberapa seniman lainnya seperti Siswanto yang menampilkan tembang Jawa dengan memainkan kendang. Ada juga Nano Tirta yang memainkan instrumen musik flute dengan apik. Alunan irama orkestra menjadi semakin menarik manakala paduan suara mahasiswa UGM menyanyikan lagu-lagu Nusantara seperti Bungong Jeumpa, Ayam den Lapeh dan lagu daerah Papua Yamko Rambe Yamko.
Beberapa tokoh penting turut hadir dalam acara konser amal tersebut diantaranya Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang merupakan alumni Fakultas Hukum. Dalam acara itu Sultan memberikan sambutan mengenai keprihatinannya atas penegakan hukum di Indonesia. Hukum seolah merupakan cambuk bagi masyarakat kecil. “Hukum seperti sebuah pedang yang selalu dihunuskan ke arah masyarakat miskin, kaum minoritas” katanya. Sultan juga menegaskan bahwa hukum bukan diciptakan untuk mengatur tetapi agar dapat menciptakan hidup yang luhur, kebahagiaan dan kesejahteraan rakyat. Jadi menurutnya dalam menegakkan hukum, moral dan nurani menjadi
sarat minimal. Dia juga menekankan salah satu poin penting tentang peran rakyat dan pers dalam menggalang penegakkan hukum yang baik. “Tanpa pers, tabir kelam hukum tidak akan dapat disampaikan kepada publik” jelasnya. Hal serupa juga diungkapkan oleh Marissa Haque. Menurutnya, ada keterkaitan yang kuat antara politik, hukum dan kepemimpinan. “Politik seharusnya dibingkai dengan hukum dan aturan main dengan kepemimpinan yang baik” tegasnya.
Acara yang dipandu oleh Marrisa Haque dan Indro Kimpling tersebut menjadi ‘panas’ ketika Iwan mulai menyanyikan lagu pertamanya, Oemar Bakrie. Para pendukung setianya yang dikenal dengan sebutan Orang Indonesia (OI) ikut bernyanyi dengan lantang dan menggetarkan balai pertemuan UGM itu. Iwan juga menyanyikan enam lagu lainnya, di antaranya Manusia Setengah Dewa, Surat Buat Wakil Rakyat, dan Bongkar. Dalam acara itu pula diserahkan sumbangan kepada korban erupsi Merapi sebesar Rp 100 juta yang diberikan secara simbolik kepada perwakilan Disaster Response Unit UGM. Acara ini diakhiri dengan lagu Mars UGM yang dinyanyikan bersama oleh Iwan Fals dan para penonton. [Adib]